Daily News | Jakarta – Guru besar Ilmu Komunikasi FISIP UI Zulhasril Nasir menyatakan keheranannya melihat gaya pemerintahan yang dijalankan Presiden Jokowi. Apa yang dilakukan bertentangan dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan benar.
Dia menyatakan hal itu kepada KBA News, Selasa, 19 Maret 2024 menanggapi hampir 10 tahun gaya Jokowi menjalankan kekuasaan.
Sebagai guru yang biasanya memberikan penilaian, dia tidak mengerti apa yang dilakukan mantan Wali Kota Solo dan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
“Selalu muncul pertanyaan, mau kemana pemerintahan ini akan dibawa. Kasihan nasib 270 juta rakyat dengan gaya pemerintahan seperti ini. Selalu timbul pertanyaan apakah pemerintahan dengan anggaran yg ada telah dapat mencapai tujuan bernegara?,” katanya.
Dia mengeluhkan, semakin banyak pertanyaan maka semakin tidak jelas arah mana pemerintahan ini akan dibawa Jokowi. Sementara para para aktor pendukung rezim ini juga tidak menjadikan pemerintahan ini sebagai bagian dari sebuah negara yang membawa suatu misi kerakyatan dalam satu negara.
“Banyak sekali misi yang harus disandang dari berbagai kepentingan politik dalam dan luar negeri. Yang tidak jelas arah dan sasarannya yang dijalankan tanpa konsep dan sasaran yang jelas. Ini sangat menyedihkan bagi rakyat,” kata Zulhasril.
Tidak berkualitas
Sementara itu guru besar Ilmu Pemerintahan dari Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Pondok Labu Prof. Ryaas Rasyid menegaskan bahwa Jokowi adalah seorang yang tidak mempunyai kualitas kepemimpinan, baik untuk jadi Wali Kota Solo apalagi sebagai presiden.
Dia menyatakan hal itu dalam podcast Abraham Somad beberapa waktu lalu. Jokowi, katanya, adalah hasil rekayasa pencitraan sempurna yang dimulai dari gorong-gorong, yang berhasil menjual kesederhanaan dan kerakyatan.
Ini, tambahnya terlihat dalam keterangan mantan Sekda Solo bahwa Jokowi itu selalu menghindar dari tangggung jawab. Kalau ada kesalahan dia menyalahkan anak buah. Tetapi kalau ada prestasi, walaupun itu prestasi bawahan, dia tidak malu mengklaim sebagai tindakannya.
“Seorang teman saya di Pemprov Jakarta menyatakan Jokowi itu tidak betah memikirkan hal-hal berat. Setiap ada rapat, dia cuma hadir sebentar untuk membuka dan setelah itu dia serahkan ke Ahok atau Sekda. Dia pergi jalan-jalan untuk pencitraan,” demikian Ryass Rasyid. (DJP)
Discussion about this post