Daily News Indonesia | SETELAH menerima pesan Ustadz Shamsi Ali, atau disebut USA, ustadz asal Indonesia yang jadi imam besar di New York, Amerika Serikat, saya mengindikasikan ke beliau ini penting diketahui rakyat Indonesia. Jangan mudah-mudah orang melakukan penipuan. Kedengaran seperti mau investasi, kenyataannya hanya ingin menyedot uang ummat dengan juduh ‘dana syariah’ untuk pembangunan umat.
“Umat Tertipu…” kata USA, yang terus menyuplai DNI dengan berbagai informasi terkait.
USA mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dengan perusahaan investasi properti milik Hartadinata Harianto, Stern Resources (SR) dan Syariah Indonesia (SI). Imam kelahiran Sulawesi ini mengatakan Hartadinata berbohong, perusahaannya abal-abal, bahkan Ustadz Shamsi telah melakukan riset kecil-kecilan soal kejanggalan perusahaan tersebut. USA juga mengatakan dia pernah jadi korban penipuan ayah Hartadinata, Richard Harianto atau Tjandra Harianto.
Inilah temuan Kumparan
Menarik hasil investigasi Kumparan. Banyak terjadi kejanggalan. Banyak klaim tak terbuktikan, bahkan kebenaran dokumen juga diragukan. Inilah pentingnya pers profesional dan berintegritas.
Hal pertama yang dilakukan Kumparan adalah mencari tahu soal Hartadinata. Baiquni melakukan penelusuran internet dan menemukan pemberitaan soal Harta dipenuhi ulasan positif. Muda, cerdas, dan kaya adalah tiga hal yang melekat pada sosok berusia 25 tahun ini.
Jejaknya dotemukan dalam sebuah buku di Google Books berjudul ‘Rahasia Belajar Lulusan Terbaik Bard High School’ (2013). Buku itu ditulis oleh Harta, bercerita tentang kisahnya yang bisa bersekolah di Bard High School, sekolah prestisius yang didirikan Bill Gates. Tak sembarang orang bisa sekolah di sana.
Dari pencarian terhadap Harta pula, Kumparan tahu bahwa Harta banyak bertemu sejumlah tokoh nasional. Mulai dari politikus hingga pemuka agama. Misalnya, ada foto yang menunjukkan ia sedang bersama Ketua MPR Bambang Soesatyo hingga ulama NU Gus Miftah.
Kumparan mengaku kesulitan ketika mencari tahu soal Stern. Pasalnya, tidak banyak referensi di internet untuk perusahaan tersebut. Lalu ditemukan halaman Facebook Stern Resources Group. Untuk perusahaan investasi asal AS, foto-foto yang diunggah halaman facebook itu tak meyakinkan.
Resolusi foto yang rendah membuat foto yang ditampilkan menjadi agak buram. Di halaman Facebook, tertera website perusahaan dengan alamat sternr.com. Tak banyak informasi yang kami temukan di sana. Kecuali satu hal, bahwa alamat kantor di New York yang tertera di website tersebut tak ada di Google Maps.
Selanjutnya, Kumparan telah membuktikan klaim USA bahwa perusahaan SSI terdaftar di New York. Berdasarkan penelusuran catatan perusahaan di negara bagian New York, Stern Resources didirikan pada 2015, Sinergi Stern Resources didirikan pada Desember 2018, sedangkan Syariah Indonesia pada Agutus 2019. Shamsi mengatakan, mudah saja mendaftarkan perusahaan-perusahaan itu di New York.
Tulisan kedua tentang investigasi USA naik tidak lama kemudian, “Shamsi Ali Unggah Kejanggalan Investasi Syariah Hartadinata Harianto”, disusul oleh tulisan ketiga “3 Kejanggalan Investasi Syariah Hartadinata Harianto versi Shamsi Ali”.
Dalam kedua tulisan itu, Kumparan telah berusaha menghubungi dan mendatangi kantor Stern di Jakarta untuk meminta klarifikasi, namun tidak berhasil.
Alamat kantor Stern diperoleh dari situs Sinergi Stern Investindo (SSI) yang disebut sebagai mitra Stern Resources di Indonesia. Pada situs tersebut, terpampang foto Hartadinata dan Ismail R Harahap, Direktur Utama Stern.
Ketika kantor Stern dihubungi melalui telepon pada pukul 09.17 WIB, seorang perempuan mengaku resepsionis bernama Lia -yang belakangan diketahui bernama lengkap Amalia- mengatakan Hartadinata sedang di luar negeri, sedangkan Ismail sedang meninjau proyek di luar. Kumparan lalu mengutus wartawannya ke kantor tersebut yang terletak di Plaza Simatupang, Jakarta Selatan.
Untuk sebuah perusahaan investasi yang berbasis di New York, kantor tersebut terbilang kecil dan hanya terlihat sedikit sekali karyawan.
Hartadinata terakhir kali terlihat di Bandung, memberikan ceramah umum di Universitas Padjadjaran. Sedangkan di Surabaya, dia pernah terpotret meresmikan Syariah Indonesia di Pondok Pesantren Nurul Khidmah.
Kumparan kesulitan mendapatkan informasi dari Unpad karena pihak Hartadinata meminta semua pemberitaan tentang dia di-hold. Dia berjanji akan memberikan foto-foto dan press release setelah diizinkan oleh pihak Harta.
Kesulitan juga Kumparan. Pihak Ponpes tidak ada yang mau diwawancara. Petugas di Ponpes menyebut pengurus Ponpes sedang tidak ada di lokasi dan tidak mau memberi kontaknya.
Kumparan berhasil mendapatkan nomor kontak Hartadinata dan ayahnya Tjandra dari berbagai sumber di Bandung dan Surabaya. Sebagai bentuk kerja jurnalistik, Fadjar dan Baiquni menghubungi kedua nomor berkode telepon Amerika Serikat tersebut, dan ternyata benar milik mereka.
Fadjar menghubungi Tjandra yang diketahui tengah berada di New York melalui WhatsApp pada pukul 10.30 WIB. Hingga pukul 11.00 WIB belum ada respons dari Tjandra. Fadjar berpikir, ini terjadi akibat perbedaan waktu, di AS saat itu hampir tengah malam.
Tanpa disangka sekitar pukul 11.13 WIB, Tjandra membalas pesan itu. Dia menyapa dengan ramah dan bersedia memberikan profil Hartadinata melalui email, yang langsung dilakukan oleh Fadjar. Hingga pukul 14.00 atau hampir tiga jam, tidak ada balasan.
Fadjar kembali menghubungi Tjandra pada pukul 14.30. Ia berdalih banyak pesan masuk yang diterimanya terkait ucapan selamat. Saat itu kami belum menyadari ucapan selamat yang dimaksud yakni terkait peresmian pembangunan lanjutan Apartemen Point 8 di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat.
“Mohon maaf telepon masuk terus mengucapkan selamat. Barusan WA ke Bapak Harta, silakan,” ucap Tjandra.
Kepada Fadjar, Tjandra juga meminta dukungan untuk kemajuan ekonomi syariah di Indonesia. “Mohon support supaya ekonomi syariah bisa lebih maju di Indonesia,” kata dia.
Sementara Fadjar menghubungi Tjandra, Baiquni berhasil menghubungi Hartadinata sekitar pukul 13.00 WIB. Bersandar laporan dari Lia, resepsionis kantor SSI di Jakarta, Hartadinata ada di luar negeri, diduga New York, sehingga Baiquni menyapa “Selamat malam” lantaran perbedaan waktu.
Setelah menunggu sekitar satu jam, Harta membalas pada pukul 14.26. Di luar dugaan, Harta membalas ‘Selamat siang’, menandakan dia ada di Indonesia.
Ketika ditanya soal kejanggalan perusahaan investasinya, Harta tidak secara langsung membantahnya, dia hanya menjawab “tolong dinilai sendiri” sembari mengirimkan dua foto gedung, tanpa memberitahukan nama dan alamat gedung tersebut, sebuah teka-teki yang harus kami pecahkan.
Kami lantas melakukan penelusuran digital untuk mengetahui lokasi pasti gedung tersebut. Berdasarkan penyelidikan bentuk bangunan di sekitarnya, termasuk salah satu masjid, menggunakan Google Maps, kami menemukan bahwa bangunan itu ada di Daan Mogot. Fadjar langsung menggeser Darisman untuk menuju lokasi.
Hal yang unik adalah, rupanya pukul 11.00 ada peresmian di gedung tersebut secara besar-besaran tanpa mengundang media. Gedung itu sendiri adalah proyek Apartemen Point 8 yang telah mangkrak pembangunannya selama delapan tahun.
Yang lebih mengejutkan lagi, Harta turut meresmikan gedung tersebut. Kehadiran Harta dikonfirmasi oleh ayah Harta, Tjandra Harianto, saat ditanya secara paralel oleh Fadjar Hadi.
Dari penemuan tersebut kami mengetahui bahwa Lia memberikan informasi salah soal keberadaan Hartadinata. Belakangan kami dihubungi Lia yang mengakui kesalahannya, dan mengatakan perusahaannya tidak terkait dengan Hartadinata.
Kumparan juga telah melakukan penyelidikan dengan mendatangi kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Perusahaan asing seperti Stern wajib terdaftar di BKPM, salah satunya dibuktikan dengan adanya Nomor Induk Berusaha (NIB). Hasilnya, perusahaan tersebut tidak terdaftar di BKPM.
Klarifikasi yang Tak Kunjung Datang
Wartawan Kumparan Denny dihubungi oleh manajer Stern Resources bernama Melissa pada pukul 14.10. Melissa memprotes pemberitaan soal Hartadinata. Dia mempertanyakan bukti tuduhan tersebut. Denny lantas merinci upaya kru Kumparan dalam mencari konfirmasi atas tuduhan itu.
Pada Kamis itu, empat kali Melissa menghubungi Kumparan menanyakan soal kebenaran berita. Setiap kali dia menelepon, Kumparan selalu meminta klarifikasi perusahaannya atas berita tersebut yang belum juga diberikan. Melissa terus menjanjikannya, bahkan mengaku sudah membuat drafnya, namun belum dikirim.
Dia juga memprotes mengapa pemberitaan Kumparan diterbitkan bertepatan dengan “launching” tanpa dia memberi tahu launching apa yang dimaksud. Ternyata launching itu adalah proyek Point 8 di Daan Mogot. Dalam acara tersebut, Melissa juga berada di tempat itu, dia mengaku langsung terbang ke Bali setelah acara itu rampung.
Melissa terakhir menelepon pada pukul 18.44 WIB. Dia mengatakan, “berdasarkan instruksi dari kantor pusatnya di New York” mereka tidak akan memberikan klarifikasi lagi. Ketika ditanya alamat kantor mereka di New York, Melissa tidak memberikannya, malah menyuruh Kumparan menanyakan ke Tjandra.
Melissa mengatakan alasan pihaknya tidak memberikan klarifikasi karena hal itu telah diberikan oleh OJK yang berkunjung ke kantor Stern di New York, dan klarifikasi bahwa SSI tidak terkait dengan SR.
Melissa tidak memaparkan klarifikasi soal tuduhan Shamsi yang menyatakan ada kejanggalan pada perusahaan Hartadinata.
Melissa juga mengirimkan potongan kliping artikel koran melalui WhatsApp kepada kumparan. Dalam artikel disebutkan bahwa Stern Resources Group, perusahaan investasi Harta, mendapatkan pengakuan dari OJK sebagai ‘the real investor’ dan memiliki ‘projects record’ yang valid.
Kumparan melakukan penelusuran berita pada kliping tersebut. Tertulis pada kliping “Surya Indo”, nama media itu tidak tercatat di daftar media terverifikasi Dewan Pers. Selain itu, untuk layout koran, judul yang tertera terlalu panjang. Mencurigakan.
Ketika ditanya dari mana koran itu berasal, Melissa mengaku lupa dan mengatakan akan berkoordinasi dengan kantor pusat di New York.
Kumparan telah meminta wawancara khusus dengan Hartadinata untuk lebih jelas bertanya dan agar yang bersangkutan lebih gamblang menjelaskan. Melissa menyanggupi, mengatakan akan menjadwalkannya segera.
Terkait klarifikasi bahwa SSI tidak terkait dengan SR disampaikan oleh Amalia, resepsionis SSI, melalui telepon kepada Kumparan pada pukul 15.17 WIB. Dia mengaku sekretaris korporasi yang merangkap resepsionis. Dia juga mengirim mengklarifikasi secara tertulis dalam surat tanpa kop dan stempel bahwa perusahaannya tidak terkait dengan SR.
Menurut Amalia, SR memang menjanjikan investasi namun tidak terealisasi hingga saat ini. Ketika dikonfirmasi soal kantor di Simatupang, Melissa juga telah mengatakan bahwa itu bukan kantor mereka.
Sebelumnya hal yang sama disampaikan oleh pihak manajemen Hartadinata, Melissa, kepada kumparan. Dia mengatakan pihaknya tidak akan memberikan klarifikasi karena sudah tertulis dalam berita OJK tersebut.
Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot tak menampik foto tersebut. Memang ada pimpinan OJK yang bertemu Harta di New York pada Oktober 2019 lalu. Kala itu, OJK hanya melakukan kunjungan singkat pada proyek pembangunan gedung yang sedang dikerjakan Hartadinata.
Sementara itu, agenda OJK ke New York untuk menghadiri workshop dengan para perancang desain gedung kenamaan dunia. Saat itu, OJK memang hendak membangun gedung kantor dan sudah ada rencana untuk mengunjungi International Monetary Fund (IMF).
“Pak Hartadinata menawarkan untuk mampir ke proyek gedung yang dibiayainya di New York. Kunjungannya singkat saja ke proyek pembangunan gedung yang sedang dikerjakan yang bersangkutan,” kata dia.
Selain itu, kata Sekar, pihak OJK pun hanya bermaksud saling bertukar informasi dengan kontraktor seputar aspek teknis gedung.
“Hanya mampir sebentar dan tukar menukar info dengan kontraktornya seputar aspek teknis gedung saja, tidak membahas bisnisnya di Indonesia,” pungkasnya.
SOM sendiri merupakan perusahaan arsitektur besar Chicago yang dibangun sejak tahun 1936. Sebagai perusahaan arsitektur di AS, SOM banyak terlibat dalam pembangunan gedung pencakar langit modern ‘kotak kaca’.
Menariknya, kunjungan singkat OJK itu diklaim Harta sebagai sebuah pencapaian. Dalam sebuah potongan kliping artikel koran yang kami terima dari manajemen Harta, disebutkan bahwa Stern Resources Group, perusahaan investasi Harta, mendapatkan pengakuan dari OJK sebagai the real investor dan memiliki projects record yang valid.
Pada koran itu tertulis Surya Indo, nama media yang tidak tercatat di daftar media terverifikasi Dewan Pers. Ketika ditanya dari mana koran itu berasal, pengirimnya mengaku lupa dan mengatakan akan berkoordinasi dengan kantor pusat di New York.
Saat dikonfirmasi lebih lanjut, OJK membantah pernah memberikan pengakuan semacam itu. “Kami tegaskan ya, OJK tidak pernah mengeluarkan statement ataupun pengakuan terkait hal tersebut,” ujar Sekar.
Perusahaan investasi milik Harta pun tak berada dalam pengawasan OJK. Sebab, kata Sekar, setelah pihaknya melakukan penelusuran, Sinergi Stern Investindo (SSI), perusahaan Harta, tergolong perusahaan properti.
Percakapan kami dengan Harta juga tak menemui titik terang. Usai meminta respons soal tantangan Shamsi, nomornya pun tak lagi bisa dihubungi, hanya centang satu.
Imam Masjid New York, Shamsi Ali, menantang Hartadinata Harianto untuk membuktikan kebenaran perusahaan investasinya. Tantangan itu menyusul adanya dugaan kejanggalan investasi perusahaan Stern Resources Grup milik Harta yang berbasis di New York, AS.
“Buktikan semua pengakuan, termasuk perusahaan besar dan proyek besarnya di New York. Juga buktikan perusahaan dengan kantor, organisasi, dan lain-lain,” kata Shamsi.
Hartadinata Harianto enggan menerima tantangan yang dilayangkan Imam Masjid New York, Shamsi Ali. Tantangan yang dimaksud berupa pembuktian bahwa perusahaan investasi milik Harta bukanlah fiktif. Alih-alih membantah tudingan Shamsi terkait dugaan perusahaan investasi bodong, Harta lebih memilih untuk menghindar. Harta bahkan tak lagi sudi untuk kami wawancarai.
Shamsi merupakan orang pertama yang mengunggah soal kejanggalan perusahaan Hartadinata. Dia mem-broadcast di WhatsApp dan Twitter soal kejanggalan perusahaan Stern, bahkan Shamsi mengaku pernah tertipu oleh ayah Hartadinata, Tjandra Harianto.
Di Indonesia, Harta tengah gencar mengembangkan investasi syariah. Salah satu perusahaan yang ditengarai milik Harta adalah Sinergi Stern Investindo (SSI). Perusahaan yang berada di Plaza Simatupang, Jakarta Selatan, itu juga disebut oleh Shamsi memiliki keterlibatan dengan Harta.
Dia mengatakan, SR memang pernah menjanjikan investasi pada 2018, namun hingga saat ini janji tersebut tidak terwujud. Dalam kesepakatan tersebut, SR menunjuk SSI sebagai investor di Indonesia untuk pendanaan dan pembangunan sejumlah proyek.
“SR ingin investasi di SSI bilangnya, kita sudah kerja sama untuk investasi, tapi sampai sekarang kita belum terima invest itu dari SR,” lanjut Amalia ketika dihubungi via telepon.
Catatan Ustadz Shamsi Ali
USA adalah orang pertama yang mengunggah soal kejanggalan perusahaan Hartadinata. Dia membroadcast di WhatsApp dan Twitter soal kejanggalan perusahaan Stern, bahkan Ustadz Shamsi mengaku pernah tertipu oleh ayah Hartadinata, Tjandra Harianto.
Sementara itu, USA mengaku heran dengan bantahan manajemen SSI. Itu karena, SSI telah mendaftarkan diri di New York sebagai sebuah perusahaan. Namun setelah dia menelusurinya sendiri dengan mendatangi kantor dan proyek yang diklaim Stern, hasilnya nihil.
“Kalau dia janji investasi, kenapa dia harus membuka perusahaan dengan nama yang sama?” ungkap USA.
“Kalau semua itu tidak ada di New York, apa yg disampaikan (Hartadinata) di Indonesia bohong,” tutup dia.
Keberadaan perusahaan investasi yang dikelola Hartadinata Harianto di Amerika Serikat (AS) dipertanyakan Imam Masjid New York, Ustadz Shamsi Ali. USA bahkan mendatangi agen yang mendaftarkan perusahaan-perusahaan Hartadinata di New York.
“Ternyata mereka juga tidak punya kantor permanen,” kata USA, Jumat (13/11).
Di AS, sebuah perusahaan memang harus didaftarkan ke agen. Agen berperan layaknya notaris yang mencatat keberadaan sebuah perusahaan yang didirikan di negeri Paman Sam tersebut, jelas USA.
Perusahaan Hartadinata adalah Sinergi Stern Investindo LLC (didirikan 11 Desember 2018), Madison Park Internasional Group (didirikan 10 Desember 2018), Stern Resources Inc. (Didirikan 5 Oktober 2015), dan Syariah Indonesia LLC (didirikan 28 September 2019).
Lantaran tak menemukan titik terang, Shamsi mendatangi sejumlah lokasi yang diklaim sebagai proyek properti yang ditangani perusahaan Hartadinata. Hasilnya, tak ada keterangan apapun mengenai keterlibatan perusahaan Hartadinata dalam proyek pembangunan gedung.
“Saya telusuri beberapa gedung-gedung yang diakui sebagai gedungnya. Saya tanya, dan jawaban para pekerja di gedung-gedung “I don’t know” (saya tidak tahu),” kata Ustadz Shamsi .
Ini jelas bertentangan dengan klaim Stern Resources yang ada di halaman Facebook mereka. Berdasarkan sejumlah foto yang diunggah mereka, tampak ada banyak proyek yang diklaim tengah ditangani Stern Resources.
Misalnya proyek Project Development Holiday in Woodside NYC. Proyek apartemen itu disebut-sebut memiliki delapan lantai dengan 135 kamar dan berlokasi di Queens Boulevard dekat dengan Airport La Guardia. Sementara menurut kesaksian Shamsi, klaim tersebut penuh kejanggalan.
“Banyak pengakuan yang tidak jelas. Di satu sisi gambar yang sama dinamai Farrington. Di tempat lain proyeknya di Queens Boulevard and La Guardia,” imbuhnya.
Saat menyambangi gedung itu, Ustadz Shamsi tak sempat memotretnya. Di AS tak sembarang orang boleh memotret sesuatu. Apa-apa harus minta izin terlebih dahulu, jelas USA.
Hal yang menarik adalah, Ustadz Shamsi tak menemukan plang bertuliskan SR (Stern Resources) di gedung tersebut. Hal ini jelas berbeda dengan unggahan Stern Resources di Facebook yang menampilkan ada plang bertuliskan SR dalam proyek pembangunan apartemen.
Sebelumnya dia mengatakan alamat kantor Stern yang tertera ternyata restoran Thailand. Shamsi mengatakan, dia akan mendatangi kantor Hartadinata jika memang ada alamat benarnya.
Berdasarkan keterangan yang ada di website, lokasi kantor Stern Resources terletak di 200 Vessy Street, Manhattan, New York, 10281. Saat Kumparan menelusurinya melalui Google Maps, alamat itu nyatanya tak pernah ada.
Oleh: Haz Pohan, Pemred DNI