KETIKA DailyNews Indonesia menurunkan laporan ada restoran bermenu daging manusia di New York pembaca gempar. Kaami menurunkan artikel “Restoran Kanibal: Menu Daging Manusia” [https://www.dailynewsindonesia.com/liyan-pojok/restoran-kanibal-menu-daging-manusia]. Ini laporan tentang sebuah restoran ‘SKIN” di New York menang di pengadilan dan mendapat izin untuk menjadikan daging manusia ke dalam menu yang disajikan.
Ada pembaca berkomentar: “Setengah jalan, saya mau muntah membacanya.” Memang menjijikkan, jika benar-benar ide pemilik restoran di New York ini diwujudkan. Tak terbayangkan, apakah memang ada pelanggan restoran dengan menu yang bisa membuat muntah manusia normal.
Inti laporan ini adalah ‘kegilaan’ orang-orang di bumi barat untuk membuat dirinya terkenal di dunia. Tentu tidak ekonomis. Tidak ada pelanggan yang mau makan di resto itu. Dan tidak murah pula ongkos ‘membeli’ darging manusia.
“Bahwa ada lisensi belum tentu ada cook, atau juru masak, dan belum tentu juga ada manusia waras yang menjadi pelanggan ide gile ini.”
Namun, secara diam-diam daging manusia juga dijual di pasar sebuah desa di China. Ada penjual, walaupun menipu pelanggan tanpa memberitahukan yang didagangkannya adalah benar-benar daging manusia. Tentu saja, dibeli di pasar, dan dimasak serta dimakan di rumah.
“Sebagai spesies, kita berada di puncak rantai makanan, dan satu-satunya daging yang tersisa untuk ditangani adalah daging manusia ,” Mario Dorcy, pemilik SKIN.
Pedagang daging manusia itu tidak lain adalah Zhang Yongming. Dia ternyata seorang pembunuh berantai asal Tiongkok yang bertanggung jawab atas pembunuhan dan kanibalisme 12 pria antara Maret 2008 hingga April 2012.
Kepolisian Jinning meyakini bahwa Zhang memutilasi korbannya dan memberikan daging-daging manusia tersebut kepada anjing-anjingnya. Selain itu, Zhang juga menjual bagian-bagian lainnya di pasar lokal dan mengaku ke penjual bahwa daging tersebut adalah daging burung unta.
Catatan kriminal Zhang telah ada sejak tahun 1979. Ia pernah dijatuhi hukuman mati akibat pembunuhan dan mutilasi. Akan tetapi, pengacara berhasil meyakinkan hakim bahwa pembunuhan tersebut murni tidak disengaja. Ia dibebaskan pada September 1997 dan tinggal di Desa Nanmen, Jincheng, Distrik Jinning.
Pada awal Mei 2012, Kementerian Keamanan Publik China mengirim tim penyelidik ke Provinsi Yunnan setelah laporan media tentang remaja yang hilang di daerah tersebut. Salah satu orang yang hilang, seorang anak laki-laki berusia 19 tahun, diidentifikasi sebagai Han Yao, dipastikan telah dibunuh.
Penyelidikan menunjukkan bahwa seorang pembunuh berantai yang diduga mulai menyerang laki-laki yang berjalan di jalan dekat rumah Zhang mulai tahun 2008. Setelah pembunuhan, diduga bahwa Zhang menggunakan berbagai cara membuang mayat, termasuk pemotongan, pembakaran dan penguburan, untuk menghancurkan bukti.
Zhang berhasil ditangkap setelah ia gagal membunuh seorang anak laki-laki yang berusia 17 tahun. Walaupun dicekik, remaja tersebut berhasil berteriak dan memancing perhatian penduduk desa. Polisi pun menangkap Zhang setelah insiden tersebut. Polisi sempat melepaskan Zhang setelah diyakinkan bahwa ia sedang bermain dengan bocah tersebut. Zhang diidentifikasi oleh polisi sebagai orang gila.
Akan tetapi, penduduk desa Zhang mengatakan bahwa mereka melihat kantong plastik tergantung di rumahnya dengan tulang yang tampak menonjol.
Saat memasuki rumah Zhang, polisi melaporkan menemukan bola mata manusia tersimpan dalam botol dan daging manusia yang sudah dikeringkan. Lebih lanjut, diduga bahwa Zhang memberi makan daging anjingnya dari beberapa korbannya, serta menjualnya di pasar lokal, menyebutnya “daging burung unta”.
Total pembunuhan yang dilakukan oleh Zhang yaitu 12 anak laki-laki. Sedangkan kepolisian hanya memproses 11 pembunuhan. Zhang tidak menunjukkan penyesalan di pengadilan dan menolak untuk meminta maaf kepada keluarga korban.
Pengadilan Menengah Rakyat Kunming akhirnya memvonis Zhang bersalah dengan hukuman mati. Hukuman mati dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2013.
Pembunuhan yang dilakukan Zhang juga berdampak terhadap kepolisian Jinning. Dua belas petugas polisi dihukum karena melalaikan tugas. Hukuman tersebut termasuk kepala polisi Jinning, Da Qiming, dan Zao Huiyun, kepala kantor polisi Jincheng. Mereka diberhentikan dari kantor dan dimutasi.
Sebelumnya, kepolisian sempat dikritik karena terlalu lama mengincar Yongming, yang sebelumnya menjalani 18 tahun penjara karena pembunuhan yang melibatkan mutilasi tubuh. Polisi lamban menggeledah rumah Yongming atau bahkan menanyakan ketika setidaknya 20 orang hilang di atau sekitar Kunming sejak 2007.
Sayang, tidak ada penduduk desa yang mengaku membeli ‘daging rusa’ dari Zhang dan ditanyai bagaimana mereka memproses daging itu dan bagaimana pula rasanya, sampai Zhang dieksekusi mati atas perbuatan gilanya. (HMP)
Discussion about this post