Daily News|Jakarta –China menyatakan bergabung dengan aliansi pengembangan vaksin virus corona bersama lebih dari 60 negara kaya lainnya.
Negeri Tirai Bambu telah menandatangani kesepakatan untuk bergabung dalam aliansi Covax yang dipimipin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah pernyataan mengatakan, pihaknya mengambil langkah konkret untuk memastikan distribusi vaksin yang adil.
“Kami mengambil langkah konkret ini untuk memastikan distribusi vaksin yang adil, terutama untuk negara berkembang. Kami juga berharap negara yang lebih mampu bisa bergabung dan mendukung Covax,” kata Hua dalam pernyataan resmi, Jumat (9/10).
“Kami menghormati komitmen untuk menjadikan vaksin Covid-19 menjadi barang publik global,” ujarnya menambahkan.
Mengutip AFP, China sejauh ini memiliki empat kandidat vaksin virus corona yang sedang dalam uji klinis tahap ketiga.
Namun belum jelas ketentuan dalam perjanjian tersebut dan kontribusi China terhadap aliansi. Namun sebelumnya Presiden Xi Jinping mengatakan jika vaksin corona yang tengah mereka kembangkan bisa digunakan oleh publik global.
Sebelumnya China dan AS tidak masuk dalam aliansi penyediaan vaksin corona. Bergabungnya China menjadikan WHO bersama aliansi vaksin global Gavi dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) untuk memastikan distribusi secara adil di masa depan.
Aliansi berupaya mengumpulkan dana sebesar US$38 miliar untuk menyediakan vaksin corona bagi 92 negara miskin yang sebelumnya telah mendaftarkan diri.
“Di antara mereka (daftar negara) yang telah mendaftar termasuk Komisi Eropa atas nama 27 negara anggota Uni Eropa ditambah Norwegia dan Islandia,” tulis pernyataan tersebut.
“Tujuan fasilitas Covax adalah untuk mencoba bekerja dengan setiap negara di dunia. Saya mengatakan bahwa kami telah melakukan percakapan dan akan terus melakukannya dengan semua negara,” kata Ketua Gavi Seth Berkley dalam konferensi pers virtual pada akhir September lalu.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan optimismenya karena hampir dua per tiga dari populasi global sepakat untuk berpartisipasi dalam mekanisme pemerataan vaksinasi corona.
“Ini bukan amal, ini demi kepentingan terbaik semua negara. Nasionalisme vaksin hanya akan melanggengkan penyakit dan memperpanjang pemulihan global,” ucapnya. (HMP)
Discussion about this post