Daily News Indonesia – Isu duet Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terulang kembali di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sempat menguat, setelah Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Akhmad Syaikhu menyinggungnya beberapa waktu lalu.
Namun banyak pihak yang meragukan duet Anies-Sandi terulang karena berbagai pertimbangan, yakni partai pengusung hingga posisi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang nampaknya akan maju kembali sebagai Capres di Pilpres 2024.
Faktor Prabowo Subianto ini juga diakui oleh mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menghadiri satu acara talk show di stasiun televisi swasta. Menurut JK, posisi Sandiaga tergantung partai Gerindra dan Prabowo Subianto, jika Menteri Pertahanan itu ingin kembali maju bertarung.
“Anies-Sandi waktu itu Gubernur atau Pilkada ya, dan sekarang mereka tidak lagi. Sandi itu nanti tergantung partainya apakah Prabowo akan masuk calon, baru bisa Sandi bergerak. Tapi kalau Prabowo ingin maju, maka itu sulit duet Anies-Sandi,” kata Wapres JK dalam video pendek di youtube kemarin yang dikutip KBA News di Jakarta, Sabtu 1 Januari 2022.
Dikatakan Wapres JK, posisi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan mencari partai politik sebagai kendaraannya di Pilpres 2024. Anies sendiri merupakan salah satu kepala daerah yang elektabilitasnya saat ini tinggi berdasarkan hasil survei, dan mengalahkan elit-elit politik.
“Anies tentu mencari partai yang bisa mendukung dan ini saling mencari antara partai dan orang,” ucapnya.
“Calon yang mendapat katakanlah survei pilihan yang lebih tinggi tapi dalam hal tidak punya partai, yang punya partai justru umumnya agar rendah popularitasnya,” tambahnya.
Dijelaskan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu, salah satu alasan elit partai tidak kuat elektabilitas mereka karena ada konflik internal dalam partai mereka, dan juga adanya ambang batas calon yang membuat partai-partai politik saling melirik untuk memajukan calon mereka.
“Itu bisa jadi seperti itu, karena memang banyak pergolakan di partai seperti di Golkar yang terjadi pergolakan, PPP, PKS, PAN jadi akhirnya calon-calon yang banyak itu tidak bisa masuk karena adanya konflik antar internal partai, juga karena ambang batas pencalonan terlalu berat, 20 persen itu terlalu sulit dan agak tinggi,” jelasnya.
Sebagai informasi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan selalu berada di posisi dua besar hasil survei berbagai lembaga survei politik nasional yang kredibel. Bahkan, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini menjadi salah satu Capres penentu, karena ketika dipasangkan dengan Ganjar Pranowo, Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani hingga Airlangga Hartarto bakal keluar sebagai pemenang. (kba)
Discussion about this post