WABAH virus Covid-19 yang sifatnya infektious dengan virulensi/keganasan yang tinggi makin meluas di Indonesia.
Seluruh Provinsi sudah dijangkau dengan skala ringan berat yang variatif. Sekitar 400 Kabupaten/Kota sudah terpapar. Bukan mustahil seluruh wilayah Republik ini akan terjangkau dalam waktu dekat.
5 bulan berjalan transmissi virus Covid-19 telah menjangkau 213 negara lintas benua, menginfeksi hampir 5 juta orang. Menyebabkan kematian lebih 300.000 orang, dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,6. Dan sembuh 1,8 juta atau rate kesembuhan 38,4 %.
Indonesia 16 Mei, dengan jumlah kasus positif lebih 17.000 orang. Naik ke posisi 33 yang sebelumnya lama diposisi 37-39. Hal ini karena rata-rata pertambahan kasus perhari diatas 500-600 orang, Pertambahan terbesar diantara banyak negara. Yang telah meninggal 1.089 orang (CFR 6,4%) dan sembuh 3.900 orang atau angka kesembuhan 22,9%.
Angka kematian karena Covid-19 Indonesia sempat berada di angka kematian tertinggi kedua saat menyentuh angka 9 %, dibawah Italia 11%.
Dari angka-angka perkembangan harian kasus Covid-19, tampak IMUNITAS masyarakat Indonesia meningkat, dan upaya kesehatan sudah semakin baik, hal itu diperlihatkan dengan semakin kecilnya jumlah rerata kematian perhari dan semakin banyaknya jumlah yang sembuh.
Ditengarai juga karena banyak masyarakat rajin konsumsi Jamu Sehat.
MASALAH UTAMA kita adalah belum mampu menekan pertambahan kasus positif perhari. Artinya diluar rumah ancaman masih sangat terbuka dan ganas.
Diluar rumah banyak gentayangan manusia pembawa Virus (Carrier) yang mungkin mereka tidak menyadari karena Tanpa gejala.
Prof.Dr.Zubairi Djoerban, Sp.PD/ Ketua Satgas Kesehatan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menjelaskan bahwa tingginya jumlah kasus karena Pemerintah belum berhasil mengungkap semua kasus Covid-19 yang masih ada ditengah masyarakat.
Ini, kata beliau, bagai fenomena gunung es, yang terlihat hanya sedikit.
Konsep tangkal cegah covid-19 dengan #Dirumahsaja adalah pilihan TEPAT dan CERDAS.
Terbukti telah memberikan manfaat besar, sehingga Fasilitas Kesehatan dan Tenaga pelayanannya telah mampu mengendalikan situasi.
Kerelaan keluarga Indonesia untuk #Dirumahsaja, atau jika keluar dengan alasan amat penting dengan selalu pakai masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, cucitangan pakai sabun, berjemur mentari pagi, sangat berkontribusi menghentikan laju cepat keganasan Covid-19.
Apakah bertahan ‘Cabin Fever’dirumah, bisa tetap sehat?
#Dirumahsaja selama lebih 3 (tiga) bulan sejak Indonesia mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama diawal Maret 2020, bahkan sebahagian sudah ada yang 5 (lima) bulan sejak tahu merebaknya wabah virus dari China pada akhir Desember 2019, bukanlah hal mudah.
Pada sebahagian orang mengalami ‘Cabin Fever’ yaitu kegelisahan yang dialami seseorang yang merasa terjebak dalam keterisolasian atau ditempat terbatas untuk waktu yang lama.
Apa itu ‘Cabin Fever’?
Gejala cabin fever, bisa seperti : Kegelisahan, Turunnya motivasi, Mudah tersinggung, Mudah putus asa, Sulit berkonsentrasi, Pola tidur tidak teratur, Sulit bangun dari tidur, Lemah lesu, Sulit percaya pada orang di sekitar, Tidak sabaran, Merasa sedih dan depresi.
Dalam jangka lama kondisi ini bisa menimbulkan gangguan sosial dan kejiwaan.
Gangguan sosial atau Social anxiety adalah gangguan kesehatan yang mengenai mental.
Dalam nuansa menghadapi penularan Covid-19 yang relatif tak terduga, pada sebahagian orang, merasa dirinya terancam resiko tertular, maka, rasa curiga, rasa cemas, rasa takut terhadap orang-orang disekitar dan lingkungannya bisa mengundang kecemasan yang mengarah kepada gangguan sosial.
Mereka yang berumur diatas 40 tahun, khawatir tentang kelanjutan usahanya, kelanjutan pekerjaannya, mencari kerja baru, dan banyak lagi.
Mereka yang berusia diatas 60 tahun dalam banyak keterbatasannya berfikir tentang kesehatan dirinya yang dirasa semakin menurun, obat-obatan yang semakin langka, kesempatan berobat atau konsultasi dengan dokter atau doktergigi yang sangat sulit, tidur yang terganggu, interaksi sosial dengan sebaya yang sudah lama terhenti dan banyak lagi.
Jika keadaan ini berlangsung lama, bisa manifes kepada penampilan sehari-hari seperti gerak tubuh yang melamban, kaku, tegang, keringat dingin, jantung berdebar, dan sampai sesak nafas.
Solusi Keluarga
SOLUSI terbaik adalah bepergian ke luar rumah, namun itu BERBAHAYA karena adanya virus covid-19 yang mengintai diluar rumah.
Perlu kreatifitas anggota keluarga untuk MEMBAWA “DUNIA LUAR” ke dalam rumah dengan aktivitas disekitar rumah seperti bercocok tanam dihalaman atau didalam rumah, memelihara dan memberi makan hewan peliharaan, menata buku dan perpustakaan, menata barang seperti dokumen penting, belajar pengaturan harta warisan, inventarisasi piutang dan hutang, ibadah bersama dan bergantian memberikan nasehat/tausyah, dll.
Kegiatan lainnya buatlah rutinitas seperti kebiasaan bekerja di kantor, setelah ibadah pagi/shubuh, berjalan olahraga ringan sekitar rumah, berjemur mentari 2-3 x seminggu sampai benar-benar berkeringat.
Olahraga membantu tubuh melepas hormon endorfin meningkatkan suasana nyaman di hati. Kemudian mandi pagi, kenakan pakaian santai yang bersih dan nyaman, sarapan sehat sederhana, bekerja di depan komputer/laptop melakukan apa saja seperti cari berita, menulis artikel, namun tetap jaga waktu makan dan istirahat.
Hal lain yang baik adalah membangun komunikasi. Kebiasaan ini penting agar dalam suasana sepi dan rada meresahkan kita tidak sendiri, ada rekan diskusi atau chatting.
Dan waktu yang banyak bisa dimanfaatkan untuk membangun kreatifitas seperti menumpahkan rasa kedalam tulisan atau puisi, atau melukis bahkan mengarang lagu dan mencoba menjadi chef, ahli masak.
Melalukan kegiatan sosial bersama sahabat terdekat, group Alumni, seminat seperti Gowes, bahkan group Whatsapps juga melonggarkan ketegangan. Kunjungan membagi Bantuan Sosial/Sembako kepada yang kurang beruntung dimasa Covid-19 akan membuat rasa berguna bagi sesama. Dan mendatangkan rasa syukur dan kebahagian yang mendalam.
Dukungan Spesialis
Dalam kondisi yang sangat menggangu, sangat diharapkan peran psikolog dan psikiater untuk memberi ruang konsultasi (jarak jauh).
Kita tunggu dukungan Organisasi Profesi Ilmu Psikologi (IPK Indonesia, IPS, IPPI dll) dan Organisasi Profesi Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJI) untuk memberikan keseimbangan dan pendampingan.
Oleh: Dr.Abidinsyah Siregar
Jakarta, 17 Mei 2020
Discussion about this post