Daily News | Jakarta – Amerika Serikat dan Filipina meluncurkan latihan militer gabungan terbesar mereka pada Selasa (11/2/2023). Sekitar 18.000 tentara mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki Balikatan atau “bahu bahu” dalam bahasa Tagalog tersebut. Latihan diadakan ketika kedua sekutu lama itu berusaha melawan keagresifan China yang semakin meningkat di kawasan Indo-Pasifik.
AS berjanji membela Filipina di Laut China Selatan yang penuh sengketa. Dilansir dari AFP, latihan kali ini untuk pertama kalinya akan mencakup latihan tembakan langsung di Laut China Selatan, yang hampir seluruhnya diklaim oleh China. Latihan perang yang akan berfokus pada peningkatan pertahanan maritim dan pesisir itu nyatanya dilakukan setelah China baru saja mengakhiri latihan militer selama tiga hari di sekeliling Selat Taiwan.
Dalam latihan tersebut, China salah satunya melakukan simulasi serangan presisi melawan Taiwan. Berlangsung hingga 28 April Latihan Filipina dan Amerika Serikat kali ini pelaporan akan berlangsung hingga 28 April 2023. Sebelumnya, AS dan Filipina telah mencapai kesepakatan baru yang akan membuat empat pangkalan militer tambahan digunakan oleh pasukan AS, termasuk satu di dekat Laut China Selatan yang disengketakan dan satu lagi tidak jauh dari Taiwan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Amerika Serikat menyatakan komitmen tak tergoyahkan untuk mendukung Filipina melawan segala intimidasi atau paksaan, termasuk di Laut China Selatan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyampaikan, AS dan Filipina merencanakan latihan baru di Laut China Selatan akhir tahun ini yang akan melibatkan negara-negara lain.
Ditanya apakah Filipina khawatir dengan reaksi China, Sekretaris Pertahanan Nasional Filipina Carlito Galvez berkata, “Kami tidak mengharapkan reaksi kekerasan mengingat latihan ini pertahanan pertahanan kolektif kami”.
Berita tentang akses pangkalan yang diperluas sendiri telah mendorong China untuk menuduh Amerika Serikat membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.
“Negara-negara di bagian dunia ini harus menjunjung strategi kemerdekaan tinggi dan dengan tegas melawan mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok,” kata Duta Besar China untuk Manila, Huang Xilian, pekan lalu. (HMP)
Discussion about this post