Daily News|Jakarta – Sudah satu bulan Bayu Sumantri hidup tanpa kepastian. Dia tak bisa pulang ke Tanah Air sementara kapal pesiar tempatnya bekerja sudah menyetop operasional. Di kapal pesiar itu Bayu bertugas sebagai ‘laundry housekeeping’.
Dia menyatakan operasional pelayanan telah berhenti sejak 21 Maret 2020 lalu setelah penyebaran virus corona di berbagai negara kian mengkhawatirkan.
Kapal pesiar yang membawa Bayu bersama ratusan awak kapal lain seharusnya dijadwalkan berlayar menuju Australia dan New Zealand dari Februari hingga Maret dan langsung menuju Amerika Serikat di Maret itu juga.
Namun, karena penularan Covid-19 semakin masif, maka rencana pelayaran tersebut dibatalkan.
“Awalnya, bulan Maret sekitar tanggal 21 itu mulai gencar-gencarnya isu (virus) corona kan, jadi semua pengoperasian kapal pesiar dihentikan. Jadi, kita sudah enggak boleh ada tamu,” ujar Bayu.
Pria 30 tahun itu mengungkapkan meski jadwal operasi kapal telah dihentikan, namun ada sekitar 75 persen awak kapal yang masih bekerja.
Beberapa di antaranya menempati posisi-posisi seperti kapten kapal, safety officer, deck, dan yang berkaitan dengan mesin. Mayoritas merupakan orang-orang berkewarganegaraan asing.
Sementara beberapa awak kapal asal Indonesia yang masih bekerja mengisi bagian sebagai pelayan restoran, housekeeping, dan pekerja dapur.
Mereka bertugas melayani awak kapal di posisi-posisi tertentu saja. Setidaknya, hingga ada titik terang mengenai kabar pemulangan.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, apabila biasanya awak kapal selalu dipulangkan naik pesawat, kali ini mereka harus menggunakan kapal pesiar masing-masing.
“Rencananya kan awak kapal sudah mau dipulangkan secara bertahap, sekitar tanggal 21 atau 22 Maret itu sudah bisa pulang. Nah, saya harusnya ikut gelombang pemulangan terakhir di tanggal 24 Maret. Tapi di tanggal 23 Maret ada kapal pesiar dari perusahaan lain yang negosiasi ke pemerintah Australia,” ucap Bayu.
Ia mengatakan, hasil negosiasi tersebut membuahkan hasil Pemerintah Australia mengizinkan kapal untuk menurunkan penumpang.
Namun dalam prosesnya, kapal tersebut melakukan kesalahan yaitu tak hanya menurunkan penumpang, tapi juga menurunkan awak kapal.
Bayu tidak mengetahui persis bagaimana kejadiannya dan berapa banyak awak kapal yang ikut diturunkan. Tetapi, ia tahu pasti, insiden tersebut akan berimbas langsung kepadanya.
“Nah, di kapal itu usut punya usut ternyata banyak yang suspect (virus corona), ada puluhan orang mungkin. Kemungkinan tamu yang suspect adalah orang Australia,” kata Bayu.
Seperti yang telah Bayu perkirakan, kejadian tersebut benar-benar berimbas pada kapal-kapal lain, tak terkecuali kepulangannya ke Indonesia. Puncaknya adalah Pemerintah Australia mengusir kapal-kapal tersebut dari perairan mereka.
Bayu menuturkan, Pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah terkait pemulangan WNI di kapal pesiar. Namun, informasi yang didapat Bayu dan rekan-rekannya masih terus berubah-ubah atau simpang siur.
“Awalnya kita ada sekitar seminggu dari tanggal 13 Maret berada di perairan Papua Nugini dan ada instruksi untuk ke Batam. Lalu (rencana ke) Batam di-cancel, enggak jadi ke situ. Lalu kita dapat info kira-kira 4 hari yang lalu untuk ke Bali. Saat ini kita sedang dalam perjalanan menuju Benoa, Bali,” kata Bayu.
Bayu menyesalkan Pemerintah Indonesia tak kunjung memberikan kepastian kapan awak kapal WNI bisa dipulangkan. Ia berharap, pemerintah dapat memikirkan solusi terbaik agar ia dan para awak lainnya dapat segera bertemu keluarga.
“Dari tanggal 11 Maret (kami) menunggu perizinan. Bagaimana pun juga kami ini warga Indonesia, sedangkan kami di Australia juga sudah tidak boleh menepi. Jadi, kami harus ke mana? Ya dipermudahlah untuk kepulangan. Supaya lebih jelas dan enggak dioper-oper begini,” ujar Bayu.
Meski terjebak di kapal, Bayu mengatakan semua rekannya di kapal pesiar turut mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing.
“Di sini kita melakukan social distancing juga. Satu kamar tidur berisi satu orang yang tadinya dihuni 2 orang. Mengantre makan pun diberi jarak minimal 1 meter, bahkan mau merokok juga jaraknya harus jauh,” kata Bayu.
Meski kapal menghentikan operasional, namun Bayu mengaku masih menerima kompensasi dari pihak perusahaan kapal.
“Perusahaan masih menggaji saya, saya sudah enggak kerja sejak 21 Maret. Awalnya kita dapet kompensasi 1 bulan gaji setelah enggak kerja, terus kami dapat info kalo (bakal) dapet gaji selama 2 bulan. Kemungkinan masih digaji sampai bulan Mei,” ujar Bayu.
Hingga kini virus corona telah menginfeksi 2.481.866 orang di seluruh dunia dengan 170.455 kematian, dan 651.542 pasien dinyatakan sembuh. (DJP)
Discussion about this post