Daily News | Indonesia – Perempuan itu dipanggil Mami, usianya sudah menginjak kepala 50. Mami duduk santai di lapak jualan Timun Tikus milikya di Desa Simpang Beutong, Kecamatan Laweung, Kabupaten Pidie di jalan raya Medan-Banda Aceh.
“Mau berapa tumpuk,” kata Mami, saat mobil menepi seperti dikutip dari Kompas.com pada Jumat (25/10/2019).
Mami tampak bersemangat, saat melihat pembeli singgah di depan warungnya. Dia menawarkan timun yang ditumpuk-tumpuk itu. Beratnya sekitar setengah kilogram per tumpuk.
Di seberang jalan aspal itu rumahnya berada. Sehari-hari dia berada di pondok itu. Dari pagi hingga menjelang magrib.
Biasanya, timun itu juga dilengkapi dengan cabai rawit yang digiling agak kasar dicampur garam. Dibungkus dengan pelastik kecil. Satu tumpuk timun diberi satu bungkus cabai itu.
“Ini Rp 5.000 per tumpuk,” kata Mami.
Mami bilang, Ia dan suaminya berbagi peran. Suaminya menanam, sementara tugasnya hanya menjual. Kawasan itu menjadi destinasi wisata buah bagi wisatawan. Saban hari melintas, timun itu selalu ada.
“Coba saja dulu. Kalau kuning jangan beli. Saya jual, setelah ambil dari pohonnya, jadi masih segar,” ungkap Mami meyakinkan calon konsumen yang mampir ke lapak miliknya. (Smh)
Discussion about this post