Daily News|Jakarta – Di negara manapun, bahkan di negara komunis, propaganda pemerintah menimbulkan antipati, tidak efektif membangun dukungan. Dan, tanpa suatu proses yang jujur dan bertanggungjawab, data yang dikeluarkan pemerintah selalu diragukan dunia, seperti halnya data yang dikeluarkan oleh pemerintah komunis China.
“Sayangnya ini tidak disadari dan dilakukan berulang-ulang, termasuk oleh pemerintah di negeri ini. Citra palsu yang dibangun seketika runtuh ketika realitas berkata sebaliknya,” kata netizen yang pakar komunikasi publik.
Pendapat senada diutarakan oleh Kepala Balitbang DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra saat Webimar bertema “Ancaman Resesi Sudah di Depan Mata, Siapkah Kita?” yang digelar Minggu (30/8/).
Katanya, optimisme publik tidak bisa dibangun dengan influencer, melainkan dengan bantuan nyata yang mereka terima langsung.
Dia hadir dalam Proklamasi Demokrasi Forum bertema “Ancaman Resesi Sudah di Depan Mata, Siapkah Kita?” yang digelar Minggu (30/8/). Pembicara lain dalam diskusi yang dipandu Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Yan Harahap.
Turut hadir Guru Besar IPB Hermanto Siregar dan Redaktur Pelaksana Infobank Darto Wiryosukarto, dan Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Ajie Arifuddin.
Menurut Herzaky, berdasarkan survei daring bertajuk Optimisme Publik Menghadapi Pandemi & Resesi yang dirilis Badan Penelitian & Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Demokrat, 80 persen kelompok berpenghasilan 2,2 juta atau kurang merasa kemampuan ekonominya hanya mampu bertahan selama dua bulan atau kurang.
Sedangkan untuk kelompok berpenghasilan 2,2-3,5 juta, ada 66 persen responden yang memiliki persepsi yang sama.
Kondisi ini tentunya mengkhawatirkan mengingat pandemi masih belum menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir dalam waktu dekat. Oleh karena itu, menurut Herzaky, Pemerintah harus mempercepat realisasi penyerapan anggaran penanganan covid-19, terutama untuk kelompok menengah ke bawah.
Sedangkan jika kita melihat lebih dalam ke kategori usia, persepsi serupa kita temukan pada 76 persen anak-anak muda berusia di bawah 20 tahun dan 68 persen responden berusia 20-30 tahun. Herzaky secara tegas menyatakan angka ini menunjukkan kaum muda yang seharusnya penuh dengan optimisme, malah menjadi pesimistis karena situasi pandemi ini.
“Masa depan bangsa ini dipertaruhkan jika penanganan pandemi dan krisis ekonomi ini tidak ada perbaikan secara drastis,” tutup Herzaky.
Menurut Herzaky, pemerintah memang harus bergerak cepat tetapi kebijakannya juga harus tepat guna dan tepat sasaran.
“Dengarkan suara rakyat, penuhi kebutuhan mereka. Buatlah kebijakan yang memang memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Herzaky.
Pada kesempatana itu, Guru Besar IPB Hermanto Siregar mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi anggaran penanganan pandemi covid-19 .
“Pertama, tepat sasaran. Bantu konsumsi, bantu produksi. Bantuan yang diberikan harus benar-benar yang dibutuhkan oleh masyarakat terdampak. Kedua, tepat jumlah. Sedangkan ketiga, dilakukan secara cepat,” katanya. (DJP)
Discussion about this post