Hari Minggu, 5 Agustus 2018, lindu berkekuatan 7,0 SR mengguncang sebagian wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa itu pun membuat panik warga. Pasca gempa, sejumlah bangunan rusak. Tidak hanya itu, korban juga berjatuhan.
Belum juga tenang, pada hari Minggu, 19 Agustus 2018, gempa kembali mengguncang NTB. Bahkan, dua kali getaran gempa terasa. Pertama, guncangan terasa pada pada pukul 12.06 Wita. Kekuatan gempa susulan ini dicatat BMKG, sebesar 5,4 SR. Lalu pada pukul 12.10 Wita, kembali terasa gempa mengguncang. Badan meteorologi mencatat kekuatan gempa sebesar 6,5 SR.
Pada hari Kamis, 22 Agustus 2018, gempa kembali mengguncang. Kekuatannya mencapai 5,1 SR. Kabupaten Lombok Utara menjadi daerah yang paling parah terkena dampak gempa. Banyak bangunan, baik itu rumah warga dan kantor-kantor rusak parah. Bahkan rumah sakit setempat juga tak bisa lagi digunakan. Tercatat, hingga hari ini korban meninggal karena gempa sebanyak 400 orang lebih.
Pada hari Senin, 28 Agustus 2018, saya berkesempatan mengunjungi NTB untuk meliput kegiatan kunjungan kerja Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo ke provinsi tersebut. Kedatangan Tjahjo sendiri selain untuk melihat langsung kondisi daerah yang kena gempa, juga hendak menyerahkan bantuan dana rehabilitasi bagi 66 kantor desa dan dana 700 juta sumbangan dari para staf di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Sebelum berkunjung ke Lombok Utara, Menteri Tjahjo dan rombongan menggelar pertemuan dengan Gubernur NTB yang saat itu masih dijabat Muhammad Zainul Majdi atau akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB) di kantor Gubernur NTB.
Dalam pertemuan itu, Gubernur NTB memastikan bahwa pelayanan pemerintahan tetap berjalan. Di Lombok Utara misalnya, walau semua kantor pemerintahan rusak tak bisa digunakan, bupati setempat dan jajarannya masih melayani masyarakat. Meski harus berkantor di tenda-tenda darurat dan kontainer sumbangan donatur. “Alhamdulillah, pelayanan pemerintahan tetap berjalan baik, walau dengan kedaruratan,” katanya.
Menteri Tjahjo sendiri mengatakan, kedatangan dirinya ke NTB memang atas instruksi presiden. Kepala negara memang memerintahkan dirinya sebagai Mendagri untuk memastikan layanan pada masyarakat tetap terjamin. Terutama layanan dari aparatur pemerintahan. Tidak hanya itu, ia juga hendak memberikan dana bantuan bagi rehabilitasi kantor desa tahap awal. Dan sumbangan dana hasil urunan staf di Kemendagri. Tjahjo juga meminta agar Pemda NTB segera menginventarisir bangunan pemerintahan yang rusak, agar bisa dikalkulasi biaya rehabilitasinya. ” Yang penting sekarang, layanan pada masyarakat tetap berjalan. Dana bantuan ini, agar walau darurat, kantor desa bisa berfungsi,” katanya.
Usai pertemuan di kantor Gubernur NTB, Menteri Tjahjo langsung meluncur ke Lombok Utara. Di dalam mobil, menuju ke Lombok Utara, saya sempat ngobrol banyak dengan wartawan setempat yang ikut meliput kegiatan Mendagri. Mereka banyak bercerita suka duka meliput ketika gempa masih sering mengguncang. Mudzakir salah seorang wartawan sebuah stasiun televisi swasta, mengisahkan saat ia meliput kedatangan pimpinannya yang hendak memberi bantuan ke Lombok Utara. Ketika itu, hari Kamis, 22 Agustus 2018.
Katanya, saat ia dan wartawan lain sedang menuju rumah pelari juara dunia Mohammad Zohri di Lombok Utara, gempa tiba-tiba mengguncang. Saat itu waktu tengah hari. Tentu saja, gempa yang terjadi membuat semuanya panik. Sementara jalan di sekitar rumah Zohri, hanya jalan kecil yang kiri kanan dibatasi dinding rumah.
” Ketika kami baru berjalan dua meter sebelum rumah Zohri, tiba- tiba gempa terjadi. Waktu itu hari Kamis yang ada gempa susulan itu. Semua panik dan lari. Sementara jalan di sekitar rumah Zohri hanya jalan kecil yang kiri kanan tembok. Kami lari sambil menghindari tembok yang ambruk ke jalan,” katanya.
Mudzakir juga bercerita, rumahnya juga kena dampak. Dinding retak-retak, dan genteng berjatuhan. Ia juga mengisahkan kisah dramatis yang diliputnya di Lombok Utara. Katanya, waktu alat berat sedang membongkar reruntuhan bangunan rumah toko, terdengar erangan dari dalam. Ternyata, pemilik ruko yang tertimbun masih selamat.
” Ada orang selamat padahal dua hari terjebak di bawah reruntuhan ruko yang ambruk, meringkuk terlindungi kulkas,” katanya.
Kata Mudzakir, daerah di sekitar rumah Zohri di Lombok Utara memang daerah yang kena dampak gempa paling parah. Rumah warga dan mesjid ada yang ambruk. Ruko-ruko juga banyak yang tinggal reruntuhan. ” Saya pernah waktu mau meliput pertama kali ke Lombok Utara, di tengah jalan, tiba-tiba gempa terjadi. Itu dinding tebing sampai bergetar. Saya sampai minta balik ke kantor, tak jadi liputan,” katanya.
Temannya, wartawan Antara TV ikut nimbrung mengobrol. Ia mengisahkan cerita dramatis salah seorang kontributor stasiun televisi swasta. Katanya, si kontributor itu benar-benar sangat beruntung. Sebelum gempa terjadi, ia mengajak istri dan anak-anaknya yang masih kecil pergi keluar rumah untuk beli buku, karena anaknya mau masuk sekolah. Ketika pulang, temannya itu terpana melihat rumahnya sudah ambruk rata dengan tanah. Tinggal puing -puing.
” Ada kontributor TV yang rumahnya rata dengan tanah. Untungnya dia selamat, karena ketika itu ia sama istrinya bersama anak- anaknya yang kecil sedang keluar mau beli buku karena anaknya mau sekolah. Begitu pulang rumahnya sudah ambruk. Tapi oleh kantornya malah ia disuruh siaran live,” katanya. (Supriyatna/Daily News Indonesia)
Discussion about this post