Daily News|Jakarta – Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Nanda Arief, bisa merasakan perjalanan jarak jauh dalam waktu singkat melintasi empat provinsi dan sepuluh kota. Karyawan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang ini biasanya menempuh 16 jam hingga 18 jam untuk sampai di kota kelahirannya Bogor, dari Palembang.
Waktu selama itu dia alami saat Jalan Nasional Lintas Timur Sumatera masih menjadi satu-satunya akses memadai yang bisa digunakan. Namun, sejak akhir 2019, ayah satu puteri ini ulang-alik lima sampai enam kali “mengaspal” Palembang-Bogor hanya dalam hitungan 8 jam dengan kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam.
Hal ini karena ruas Tol Palembang-Kayu Agung-Pematang Panggang, dan Terbanggi Besar-Bakauheni yang merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) sudah tersambung dan menjadi infrastruktur konektivitas yang mendukung mobilitas Nanda.
Kehadiran JTTS mempersingkat waktu, dan mendekatkan jarak tempuh. Empat provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Banten, dan Jawa Barat saya lintasi sekitar 8 jam. Itu waktu efektif di luar istirahat,” ujar Nanda kepada Kompas.com, Sabtu (20/03/2021).
Perjalanan Palembang-Bakauheni sepanjang 360 kilometer dirasakan Nanda tak lagi menjenuhkan. Dia kerap singgah di tempat-tempat wisata yang tak jauh dari gerbang tol (GT), sebelum menyeberang dengan feri menuju Merak, Banten. Sebut saja Pantai Kalianda, Provinsi Lampung. Tempat wisata ini bisa diakses melalui GT Kalianda hanya dalam waktu 15 menit.
“Cukup menyegarkan bisa refreshing di pantai setelah mengemudi. Rehat sejenak melepas lelah,” imbuh Nanda. Tak hanya itu, JTTS juga menarik karena menawarkan “sensasi” infrastruktur panoramik. Apalagi jika melewati simpang susun-simpang susun, saujana mentari tenggelam adalah pemandangan favorit.
Mulusnya perjalanan para penglaju seperti Nanda tak lepas dari upaya PT Hutama Karya (Persero) sebagai badan usaha jalan tol (BUJT) untuk meningkatkan standar pelayanan minimum (SPM) JTTS. Lihat Foto Jalan Tol Pekanbaru-Dumai menelan investasi sekitar Rp 16,21 triliun. Jalan Tol ini merupakan terpanjang ketiga setelah yang beroperasi setelah Tol Terbanggi Besar-Permata Panggang-Kayu Agung dan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar. (Hutama Karya)
“Kami secara berkala dan rutin memelihara JTTS kelolaan dari kerusakan. Hal ini kami lakukan dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada pengguna jalan tol,” ujar Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Budi Harto.
Selain meningkatkan SPM secara fisik, perseroan juga mendukung kelancaran perjalanan pengguna tol melalui layanan digital bernama HK Toll Apps. Aplikasi HK Toll Apps dapat diunduh di Playstore bagi para pengguna gawai pintar Android.
Semua informasi mengenai jalan tol kelolaan perseroan, terutama JTTS bisa ditemukan pada aplikasi tersebut. Adapun fitur yang bisa diakses pengguna adalah informasi mengenai rest area, fasilitas di dekat tol, live streaming CCTV di tol, peta mudik selama Natal dan Tahun Baru, dan layanan call center. Bahkan, aplikasi tersebut turut dilengkapi dengan fitur top up.
Dengan demikian, pengguna jalan yang tidak memiliki atau kekurangan uang elektronik bisa mengisi saldonya menggunakan fitur tersebut. Namun, layanan isi ulang ini hanya bisa digunakan pada ponsel yang telah memiliki teknologi Near Field Communication (NFC).
Dengan segala upaya dan terobosan yang memudahkan mobilitas masyarakat ini, JTTS pun mengalami lonjakan trafik lalu lintas. Pada momentum Lebaran tahun 2020 saja, ketika ada kebijakan larangan mudik dan penyekatan, sebanyak 613.395 kendaraan yang melintas. Sementara untuk libur Lebaran tahun ini, Hutama Karya memprediksi akan ada peningkatan volume lalu lintas hingga lebih dari 50 persen.
Hal ini seiring dengan bertambahnya ruas tol operasional yang siap dilintasi masyarakat. Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hedy Rahadian, panjang JTTS yang bisa digunakan adalah 672,49 kilometer. Pertumbuhan kawasan Budi menyadari, keberadaan JTTS memberikan manfaat besar bagi mobilitas masyarakat di wilayah Pulau Sumatera.
“Dengan beroperasinya JTTS, mendorong wilayah-wilayah yang dilintasi memiliki daya saing. Transportasi logistik lebih cepat dan efisien, komoditas dan hasil bumi akan terdistribusi merata,” tutur Budi. Lihat Foto Gerbang Tol (GT) Jantho di Tol Sigli-Banda Aceh Seksi 3 (Jantho-Indrapuri).(Dok. PT Hutama Karya (Persero).)
Seperti diketahui Pulau Sumatera menghasilkan sejumlah komoditas penting yang menjadi andalan dan feeding the world. Di antaranya kelapa sawit 7,1 juta hektar, karet 2,56 juta hektar, kelapa 1,14 juta hektar, kopi 774.700 hektar, tebu 148.400 hektar dan teh 15,600 hektar serta tembakau 5.700 hektar.
Komoditas andalan ini menjadikan Pulau Sumatera sebagai wilayah dengan kontribusi terbesar setelah Pulau Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi Nasional dengan porsi 21,36 persen. Tentu saja Hutama Karya memandang ini sebagai kesempatan untuk dapat memainkan peran lebih luas dengan menggandeng mitra investor baik domestik maupun internasional.
Kesempatan tersebut berupa realisasi investasi dalam negeri dan asing di Pulau Sumatera yang mencapai angka Rp 200,7 triliun sepanjang tahun 2020. Capaian ini merupakan tertinggi kedua setelah Pulau Jawa. Dan beroperasinya sejumlah ruas JTTS ikut mengatrol realisasi investasi meski kondisi pandemi Covid-19 belum usai.
Untuk mengambil peran lebih luas, Budi menuturkan, Hutama Karya berencana membangun kawasan industri berbasis teknologi 4.0. Rencana ini dinilai Director Advisory Services Colliers Indonesia Monica Koesnovagril sebagai langkah tepat, bahwa kawasan industri merupakan salah satu sektor properti yang cocok dikembangkan.
Besarnya skala perkebunan di Pulau Sumatera membutuhkan fasilitas pendukung dalam hal industri dan pengolahan, gudang, logistic center, cold storage, dan data center, potensial untuk dibangun secara terpadu dalam kawasan industri.
“Maka, pilihan untuk mengembangkan kawasan industri di sepanjang JTTS adalah tepat,” ucap Monica.
Menurut Budi, kawasan industri ini akan didukung oleh penyediaan infrastruktur utama, seperti energi, air, dan pengolahan limbah. Dengan adanya kawasan industri tersebut diharapkan dapat menimbulkan aktivitas ekonomi positif serta membawa dampak meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) Sumatera.
“Pada akhirnya, aktivitas ekonomi ini berpotensi menambah penerimaan negara dan menciptakan lapangan kerja,” ucap Budi. Untuk merealisasikan rencana tersebut, Budi mengaku, perseroan telah melakukan koordinasi aktif dengan kementerian-kementerian strategis dalam proses penyusunan kajian hingga proses penjajakan investor.
Hingga saat ini, Hutama Karya telah melakukan komunikasi aktif terkait rencana pengembangan kawasan industri berbasis teknologi 4.0 dengan calon mitra strategis dan anchor tenant
Kawasan industri ini diyakini dapat membangkitkan permintaan jenis properti lainnya seperti hunian, ritel, hotel dan komersial dengan persebaran lebih merata di seluruh provinsi yang dilintasi. Terutama di wilayah Lampung, Sumatera Selatan dengan Palembang sebagai motornya, dan Pekanbaru-Dumai.
Untuk Ruas Baukauheni-Terbanggi Besar di Lampung, Monica menilai kawasan ini sangat strategis karena merupakan penghubung antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
“Aktivitas properti di Lampung pun cukup berkembang, khususnya properti komersial dan wisata. Beberapa investor sudah menunjukkan minat untuk mengembangkan properti di Lampung,” ungkap Monica.
Sedangkan Pekanbaru-Dumai merupakan ruas penting untuk menunjang aktivitas ekonomi di Dumai dan sekitarnya dengan konsentrasi pada perkebunan dan migas. Selain itu, wilayah-wilayah lainnya juga memiliki banyak titik wisata yang akan semakin berkembang jika didukung oleh infrastruktur yang memadai.
Jarak tempuh yang lebih cepat akan meningkatkan tingkat kunjungan wisata ke daerah-daerah tersebut. Penyesuaian trase Lepas dari potensi itu, sebagai salah satu komponen pembentuk tata ruang, zonasi dan sistem transportasi (konektivitas dan aksesibilitas) merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Adalah hal yang penting untuk dapat menyelaraskan antara trase atau jalur dan pintu-pintu tol dengan rencana zonasi dan penggunaan lahan di sekitarnya. Daerah-daerah pengembangan pariwisata, daerah-daerah pengembangan kawasan industri; dan pusat-pusat pengembangan wilayah di sepanjang trase JTTS harus terkoneksi langsung dengan pintu-pintu tol.
“Akan menjadi lebih menarik bagi investor apabila Hutama Karya mengintegrasikan rencana trase tersebut secara komprehensif dengan rencana tata ruang di wilayah sekitarnya,” kata Monica.
Sehingga investor di bidang properti pada khususnya secara jelas dari awal dapat memprediksi potensi yang dapat dikembangkan. Proses penyelarasan rencana ini juga dapat mencegah terjadinya perkembangan perkotaan yang bersifat sprawl, yang justru dapat menjadi bumerang bagi daya tarik alam di Pulau Sumatera secara umum. Hutama Karya, sebagai salah satu agen pembangunan pemerintah pusat, dapat bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah daerah untuk dapat menyelaraskan rencana-rencana tersebut. (DJP)
Discussion about this post