Daily News|Jakarta – Sinyal Partai NasDem menjaga elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai sosok calon presiden terasa di agenda penyelenggaraan balapan Formula E tak terlepas dari penunjukan Ahmad Sahroni sebagai ketua pelaksana Formula E.
Sahroni merupakan elite DPP Partai NasDem yang menjabat sebagai bendahara umum.
Langkah Sahroni yang mau membantu Anies menjadi ketua pelaksana balapan Formula E wajar jika dikaitkan dengan urusan politik, termasuk suksesi pengganti Presiden Jokowi lewat Pilpres 2024.
“Kita tahu selama ini Nasdem hubungannya baik dengan Anies. Bukan hanya di DKI. Termasuk Ketua Umum Surya Paloh juga dekat,” kata Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin saat dihubungi, Selasa (30/11).
Menurut Ujang, NasDem punya kepentingan untuk menjaga citra Anies. Jika gelaran balap mobil listrik itu sukses, kata dia, citra dan elektabilitas Anies otomatis akan tetap terjaga.
Sebaliknya, jika Formula E batal atau terselenggara namun tidak memuaskan, Anies pun terkena dampak buruknya. Elektabilitas mantan Mendikbud itu tentu berpengaruh seiring dengan narasi negatif yang kemungkinan bermunculan dari lawan politiknya. Sayangnya, buzzer hanya bermodalkan fitnah dan narasi kotor tidak diterima oleh publik.
Anies sudah menjelaskan alasan dia menunjuk Sahroni sebagai Ketua Pelaksana Formula E. Anies percaya Sahroni berpengalaman di dunia balap mobil.
Alasan lain yang diucapkan Anies yakni Sahroni yang merupakan ketua perkumpulan pemilik mobil listrik di Indonesia. Berkaitan dengan Formula E yang merupakan ajang balap mobil listrik.
Selain itu, Sahroni pun pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI). Diketahui, IMI Fédération Internationale de l’Automobile/FIA (Federasi Olahraga Mobil Dunia), sehingga diharapkan bisa memperlancar gelaran Formula E.
Kedekatan NasDem-Anies
Anies Baswedan termasuk tokoh deklarator NasDem saat masih menjadi ormas. Para petinggi NasDem memiliki hubungan kultural dan emosional yang erat dengannya.
Termasuk Surya Paloh, Ketua Umum NasDem. Di beberapa momen, keduanya saling melontarkan pujian. Anies pun diundang saat Kongres NasDem 8-11 November 2019 lalu.
Bahkan, para petinggi NasDem terang-terangan menyebut Anies bakal diundang untuk ikut dalam konvensi calon presiden.
Pada Juni lalu, Waketum NasDem Ahmad Ali mengatakan wajar jika partainya ingin Anies ikut dalam konvensi capres. Selain termasuk deklarator NasDem saat masih jadi ormas, Anies pun tokoh yang disegani masyarakat.
Meski demikian, Ahmad Ali juga berharap Ridwan Kamil serta Khofifah Indar Parawansa ikut meramaikan konvensi capres yang digelar NasDem. Dia menyebut Ridwan Kamil dan Khofifah sama seperti Anies, yakni deklarator NasDem saat masih menjadi ormas.
Pertaruhan Formula E
Saat ini, Anies tengah mempersiapkan penyelenggaraan Formula E. Ajang balapan mobil listrik internasional yang diupayakan sejak 2019 lalu. Beberapa kali ditunda akibat pandemi Covid-19, kini direncanakan bakal dihelat pada 2022 mendatang.
Anies tidak hanya dihadapkan pada pandemi Covid-19, tetapi juga lawan politiknya di DPRD DKI Jakarta. Sejauh ini, dia dikritik keras oleh fraksi PDIP dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Fraksi lainnya setuju Formula E digelar.
Fraksi PDIP dan PSI menganggap Formula E merupakan program yang tak patut digelar. Cenderung pemborosan anggaran. Terlebih, selama pandemi, banyak masyarakat yang terbebani sehingga patut diberikan bantuan. Padahal pelaksanaan balap mobil listrik itu telah disetujui oleh DPRD DKI, dan pembiayaannya, dua tahun yang lalu.
Dengan dasar keputusan DPRD yang telah diundangkan oleh Gubernur, pembayaran kepada FEO Ltd selaku promotor dan pemegang lisensi Formula E atas penyelenggaraan acara olahraga tersebut sebesar Rp560 miliar telah dilakukan dua tahun yang lalu.
Karena itu, Pemprov DKI Jakarta pun sudah berkomitmen untuk menggelar Formula E hingga 2024 mendatang dan sudah dibayarkan.
Apabila Formula E tidak sukses dilaksanakan, tentu saja akan bepengauh pada reputasi ANies yang selama ini dikenal bagus dan sukses di progam apapun ditanganinya.
Yang jelas, yang dipertaruhkan dalam balap mobil internasional ini yang terbesar adalah nama dan reputasi Indonesia di mata internasional.
Maka politicking yag dilakukan oleh PDIP dan PSI itu bermuatan politik local yang kerdil, kata netizen.
Dekati Pemerintah Pusat
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno berpendapat lain. Menurutnya, upaya Anies menggaet tokoh nasional seperti Ahmad Sahroni dan Bambang Soesatyo dalam kepanitiaan Formula E bertujuan memperoleh dukungan dari dari tokoh nasional.
Sejauh ini, pemerintah pusat melarang Formula E digelar di kawasan Monas. Pemprov DKI Jakarta pun belum menentukan lokasi sirkuit yang baru usai pemerintah pusat melarang Monas dipakai.
“Selain karena Faktor ini yang jelas ada cantolan elit nasional yang ada di dalam penyelenggaraan formula E. Selama ini kan Anies terlihat sendirian ‘digebuk’ public secara membabibuta dan tidak fair, soal Formula E,” kata Adi.
“Dengan Sahroni sebagai ketua tentunya Anies punya beking elite nasional yang pastinya akan pasang badan untuk urusan formula E. Itu perkara biasa dalam politik,” lanjutnya.
Hal senada diucapkan Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Jhony Simanjuntak. Dia mengatakan langkah Anies merangkul dua tokoh nasional itu merupakan strategi untuk mendekati pimpinan nasional.
Hadirnya dua tokoh itu juga, menurutnya membuat gelaran Formula E kental dengan nuansa politik.
“Kenapa tiba-tiba sekarang mengajak dua tokoh tersebut. Tetapi orang sekelas Bamsoet dan Sahroni kita lihat mereka tidak lepas juga sebagai politisi juga. Makanya kita bilang ini kegiatan olahraga, tapi nuansa politis jadi kuat,” katanya. (DJP)
Discussion about this post