Daily News|Jakarta – Kini topik menjelang Pemilu 2024 mulai menghangat dan diramaikan oleh berbagai hasil survey, bisa pesanan bisa murni. Namun hasilnya harus dibaca kritis, setidaknya sebagai indikator bisa dijadikan acuan.
Partai Amanat Nasional (PAN) harus berbenah dan bahkan kerja keras jika masih ingin masuk di parlemen pada Pemilu 2024 mendatang. PAN yang sempat masuk partai papan tengah dengan patron Amien Rais sekaligus pendiri dan ketua umum pertama. Namun, kini turun ke papan bawah setelah ditinggal Amien Rais dengan membentuk Partai Ummat.
Demikian dilaporkan oleh survei yang diselenggarakan oleh Survei Polmatrix Indonesia.
Elektabilitas PAN bahkan terjun bebas dan berada di bawah Partai Ummat dalam survei yang dilakukan Polmatrix Indonesia. Menurut hasil survei lembaga ini, Partai Ummat yang sebelumnya masih nihil dukungan kini melesat menjadi 1,3 persen, di atas posisi PAN.
Elektabilitas PAN benar-benar memprihatinkan dengan tren penurunan drastis dari 2,2 persen, 2,0 persen, 1,5 persen, hingga 1,0 persen.
Tak hanya PAN. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga mengalami nasib sama. Elektabilitas PPP hanya bisa bertahan hingga 1,6 persen. Di antara parpol-parpol Islam, hanya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang moncer yakni (6,2 persen/5,3 persen/5,5 persen/5,4 persen), disusul PKS (5,4 persen/5,8 persen/5,2 persen/5,1 persen).
Partai Ummat juga melampaui Partai Perindo (1,1 persen/0,9 persen/0,7 persen/0,6 persen), dan Hanura (0,9 persen/0,6 persen/0,4 persen/0,3 persen). Sempalan PKS yaitu Gelora naik tipis dari 0,1 persen (Desember 2020) menjadi 0,2 persen.
Survei mengklaim, posisi tertinggi masih ditempati PDIP dan Partai Gerindra. Meskipun trennya bergerak turun, tetapi hasil survei yang dilakukan pada 20-25 Maret 2021 PDIP tetap unggul dengan elektabilitas mencapai 20,3 persen, sedangkan Gerindra 10,5 persen.
PDIP dan Gerindra yang merupakan dua parpol utama di koalisi pemerintahan cenderung stabil memimpin elektabilitas, kata Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam siaran persnya, di Jakarta, Kamis (1/4).
Dendik mengatakan, elektabilitas PDIP dan Gerindra trennya bergerak turun. Hal itu terlihat dari hasil survei sebelumnya.
Pada Mei 2020 elektabilitas PDIP mencapai 33,3 persen, turun menjadi 28,7 persen (September 2020) dan 25,5 persen (Desember 2020). Gerindra dari kisaran 13 persen pada Mei-September 2020 menjadi 10,1 persen (Desember 2020), lalu kini naik tipis menjadi 10,5 persen.
Sementara itu, dua parpol nasionalis yaitu Demokrat mengalami tren kenaikan. Sementara di kalangan ideologi Islam, parpol baru yaitu Partai Ummat berpeluang menjadi kuda hitam.
Elektabilitas Demokrat bergerak naik, dari kisaran 3 persen pada Mei-September 2020 naik menjadi 7,5 persen (Desember 2020), dan kini (Maret 2021) 8,1 persen.
Demokrat memantapkan diri pada posisi keempat, membayangi Golkar. Tren kenaikan elektabilitas juga dialami PSI, dari 4,3 persen (Mei 2020) menjadi 4,5 persen (September-Desember 2020), lalu naik lagi menjadi 5,0 persen.
Sedangkan Golkar stabil di kisaran 8 persen, kini sebesar 8,4 persen. Lalu ada NasDem (4,1 persen/3,9 persen/4,0 persen/3,7 persen). Masih ada 28,4 persen responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
Turunnya dukungan dari sejumlah parpol kebanyakan lari menjadi undecided (bimbang), yang berpeluang untuk diperebutkan oleh parpol-parpol yang lain, kata Dendik.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan kepada 2.000 orang responden mewakili 34 provinsi. Survei dilakukan melalui telepon terhadap responden survei sejak 2019 yang dipilih acak. Margin of error survei sebesar ±2,2 persen, tingkat kepercayaan 95 persen. (DJP)
Discussion about this post