Daily News|Jakarta – Ketua Umum Sinergi Nawacita Indonesia (SNCI), Dr RM Suryo Atmanto menyatakan, siap membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam memberi rekomendasi terkait kabinet 2019-2024.
“SNCI melihat pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Sebagai lembaga independen, SNCI menjalin kolaborasi dengan berbagai elemen bangsa dalam mendukung program Nawacita Jokowi,” ujar Suryo dalam konferensi pers ‘Pandangan dan masukan Sinergi Nawacita Indonesia untuk Konfigurasi Kabinet 2019-2024’ di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Menurut Suryo, tantangan ekonomi dan radikalisme di periode 2019-2024 akan lebih kuat, dan membutuhkan perhatian serius dibandingkan periode pertama pemerintahan Jokowi.
“Pasalnya, Indonesia dalam 5 tahun terakhir mengalami defisit ganda, yakni defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan, yang disertai rendahnya pertumbuhan ekonomi yang secara kumulatif akan membentuk creeping economic crisis atau krisis ekonomi merayap,” jelas Suryo.
Suryo mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan 16 paket kebijakan ekonomi pada periode 2014-2019. Namun, berbagai kebijakan tersebut dinilai belum mampu menahan terjadinya double deficit dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Terlebih, menurut laporan WEF 2019, daya saing global Indonesia diantara 141 negara berada diposisi 50, turun 5 peringkat dibandingkan posisi 2018.
“Jika dibandingkan dengan negara ASEAN, daya saing global Indonesia berada diperingkat keempat, atau masih kalah dari Singapura, Malaysia dan Thailand,” tegas Suryo.
Adapun empat parameter yang mendasari penilaian WEF yaitu, iklim perekonomian, kondisi pasar, kualitas sumber daya manusia (SDM) dan ekosistem inovasi, yang dilengkapi dengan 12 indikator dan 112 sub indikator.
“Dalam hal ini, SNCI menilai empat parameter, 12 indikator dan 112 sub indicator dari WEF, tentunya perlu diintegrasikan dalam desain kabinet 2019-2024,” tandas Suryo.
Sementara, lanjut Suryo, dalam persoalan radikalisme, menurut survei yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun 2017, sebanyak 39 persenmahasiswa di 15 provinsi tertarik dengan faham radikalisme. Laporan Global Terrorism Index (GTI) 2018, juga menempatkan Indonesia pada posisi ke-42 dari 138 negara.
“Posisi Indonesia cukup rawan. Sebagai perbandingan dengan Irak dan Afghanistan berada diposisi pertama dan kedua, Somalia posisi lima dan Filipina yang dipengaruhi oleh konflik Mindano berada diposisi 10,” jelas Suryo
Suryo menambahkan, SNCI berpendapat bahwa kabinet 2019-2024 membutuhkan konfigurasi yang lebih tematik, terukur dan fokus.
“Secara keseluruhan, desain kabinet yang dirumuskan SCNI terdiri dari 3 Kemenko yang mengalami perubahan nomenklatur dan fungsi, 8 Kementerian yang mengalami perubahan nomenklatur hasil dari penggabungan dan pemisahan, serta 5 Komisi Nasional Urusan Teknis hasil pemisahan fungsi agar kementerian konsisten melaksanakan fungsi regulasi,” pungkas Suryo.
Discussion about this post