Daily News – Jakarta – Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan mundur dari kursi Presiden. Hari itu juga, Wakil Presiden BJ Habibie dilantik di Istana Negara sebagai presiden menggantikan Soeharto. Lengsernya orang nomor satu di Indonesia yang telah berkuasa selama 32 tahu ini memicu kejutan-kejutan lain. Terutama di tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia sekarang).
Kejutan yang paling mencolok adalah dicopotnya Pangkostrad Letnan Jenderal Prabowo Subianto, yang saat itu masih menjadi menantu Soeharto. Pencopotan Prabowo sendiri bisa dikatakan mendadak dan tak terduga. Ada banyak kisah menarik seputar pencopotan Prabowo.
Ada yang mengatakan pencopotan terkait dengan rivalitas Prabowo dengan Jenderal Wiranto, Panglima ABRI ketika itu. Tapi ada pula yang mengkaitkan dengan peristiwa konsentrasi pasukan di sekitar kediaman Habibie yang diduga atas perintah Prabowo. Namun ada juga yang menyatakan, pencopotan Prabowo atas titah Soeharto yang sudah menganggap menantunya itu berkhianat.
Sejarah pun mencatat, lengsernya Soeharto menjadi titik balik karir Prabowo di TNI, sampai mantan Danjen Kopassus itu diberhentikan dari dinas militer karena dianggap ikut terlibat dalam kasus penculikan para aktivis. Mengutip buku,” Perang Panglima, Siapa Mengkhianati Siapa,” yang ditulis Femi A Soempeno dan AA Kunto A, pengganti Prabowo sebagai Pangkostrad adalah Mayjen Johny Lumintang, perwira kelahiran Manado.
Namun kejutan tak berhenti disitu. Sebab Jenderal Lumintang pun hanya jadi Pangkostrad dalam hitungan belasan jam saja. Jenderal yang masih terhitung kerabat dengan keluarga Prabowo itu jadi Pangkostrad hanya 17 jam saja. Banyak desas-desus seputar kenapa Lumintang hanya jadi Pangkostrad selama 17 jam saja. Konon kabarnya, itu terkait faksi para jenderal di tubuh ABRI ketika itu.
Padahal Jenderal Lumintang bukan orang baru di Kostrad. Bisa dikatakan, ia jenderal asli didikan Kostrad. Jenderal Lumintang pernah menjadi Panglima Divisi Infanteri I Kostrad. Tapi sejarah mencatat, ia menjadi Pangkostrad tersingkat, tak sampai 24 jam. Hanya 17 jam ia menduduki posisi strategis tersebut, sebelum akhirnya digantikan oleh Jenderal Djamari Chaniago. (SPY)