Daiky News|Jakarta – Presiden pertama Timor Leste, Xanana Gusmao, menyambangi rumah duka BJ Habibie di Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Ia ditemani oleh Duta Besar Timor Leste Alberto Carlos.
Xanana mengungkapkan kedatangannya kali ini untuk menyampaikan belasungkawa atas wafatnya BJ Habibie secara pribadi dan mewakili seluruh warga Timor Leste.
“Saya ke sini sebagai wakil dari pemerintah Timor Leste, dan seluruh rakyat Timor Leste, untuk membawa pesan untuk keluarga Pak Habibie mengekspresikan perasaan belasungkawa yang sedalamnya untuk keluarga,” ucap Xanana kepada wartawan, Sabtu (14/9).
Bagi Xanana dan rakyat Timor Leste, Habibie merupakan figur yang menginspirasi. Terutama lewat karya-karya teknologi yang telah diakui oleh dunia.
“Rakyat Timor Leste melihat Pak Habibie sebagai inspirator. Dengan sains dan teknologi, kita bisa memegang peranan,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Xanana juga mengenang peranan Habibie dalam kemerdekaan Timor Leste pada 1999. Habibie telah menjadi sosok yang berjasa dalam kemerdekaan negaranya.
“Karena sudah 24 tahun menderita dengan banyaknya negara western bicara HAM, Pak Habibie dalam waktu yang singkat dan sulit, ambil satu keputusan yang memberikan rakyat Timor Leste hak untuk self determination,” tutur Xanana.
“Oleh karena itu kami tidak akan melupakan beliau,” lanjutnya.
Xanana juga mengungkapkan kenangannya dengan Habibie. Pada tahun 1999, Xanana saat itu menjadi tahanan di LP Cipinang karena aksinya terlibat peran dengan militer Indonesia.
Ia berperang untuk melawan pendudukan militer atas Timor Timur, dan bukan terhadap rakyat Indonesia. Habibie lantas mewujudkan peluang kemerdekaan Timor Timur lewat referendum.
“Tahun ’99 saya warga negara Cipinang. Hanya masalah waktu itu mereka enggak punya kasih saya keluar Cipinang. Waktu itu memori tentang Pak Habibie, waktu beliau bilang, ‘kasih kepada rakyat Timor Leste hak untuk memilih’. Mau pecah (rasanya),” ungkap Xanana sambil menunjuk dadanya.
Saat itu, hati dan perasaannya serasa mau pecah karena Habibie akhirnya mewujudkan referendum. Ya, Habibie adalah sosok penentu kemerdekaan bagi rakyat Timor Timur, yang kemudian referendum digelar pada 30 Agustus 1999.
Xanana begitu terharu dengan keputusan dan pemikiran Habibie, yang memperbolehkannya berkontribusi dalam penyelesaian konflik Timor Timur.
“Saya terharu sekali dengan pemikiran kakak saya (B.J Habibie). Kita bicara informal secara persahabatan dan beliau menyampaikan kepada saya, ‘Menurut saya kalian harus memperhatikan pendidikan. Dan di zaman sekarang tolong lebih memfokuskan teknologi dan sains,” tuturnya.
Ia lalu menyinggung soal jembatan yang diberi nama BJ Habibie di kawasan Bidau Santana, Dili. Menurutnya, ia sempat datang dan mengundang Habibie untuk merayakan peringatan 20 tahun Timor Leste lepas dari Indonesia pada 30 Agustus 2019 lalu.
“Habibie itu seorang demokratis, tetapi juga sains dan teknologi. Dan baru-baru ini, saya kesini mencari tahu untuk mengundang ke selebrasi kita merayakan (kemerdekaan pada) 30 Agustus. Dan dia merasa… dia bicara tentang jembatan Habibie,” tandas Xanana.