Daily News|Jakarta – Pemerintah Hongkong kayaknya tak mampu membendung berkembangnya gerakan unjuk rasa dari protes terhadap UU ekstradisi dan semakin mengarah ke gerakan politik yang memaksa RRT akan mengulangi Peristiwa Tiananmen. Pengumuman terbaru dari pemerintah ialah para pendemo dilarang menggunakan masker atau penutup muka. Maksudnya agar wajah-wajah pendemo ini bisa direkam dan selanjutnya praktik-praktik komunis totaliter bisa terjadi pada mereka. Misalnya, penghilangan paksa sampai pada mati perdata atau bahkan dibunuh.
Pemberlakuan peraturan itu jelas bertujuan untuk memadamkan protes anti-pemerintah. Pejabat mengatakan larangan ini termaktub dalam Peraturan Darurat, yang belum pernah digunakan selama lebih dari 50 tahun. Masker wajah sering dikenakan oleh pengunjuk rasa untuk membantu mencegah mereka dari diidentifikasi dan ditangkap oleh pihak berwenang.
Protes Hong Kong dimulai pada Juni, dipicu oleh proposal untuk mengekstradisi tersangka penjahat ke daratan Tiongkok. Warga Hongkong khawatir ini bisa merusak independensi peradilan kota dan membahayakan para pembangkang.
Larangan masker wajah diharapkan akan diumumkan pada hari Jumat setelah pertemuan Dewan Eksekutif di mana undang-undang darurat kemungkinan akan diberlakukan, saluran TV lokal TVB melaporkan.
Undang-undang tersebut akan memberikan otoritas kepada Hong Kong, Carrie Lam, wewenang untuk “membuat peraturan apa pun yang menurutnya dapat diinginkan untuk kepentingan umum” jika “darurat atau bahaya publik”.
Terakhir digunakan pada tahun 1967 untuk membantu menghentikan kerusuhan dengan kekerasan di pusat perdagangan wilayah itu, undang-undang itu juga dapat memberi pemerintah wewenang yang lebih besar untuk melakukan penangkapan, menyensor publikasi dan mencari tempat.
Dalam beberapa minggu terakhir, kerusuhan telah berubah menjadi lebih ganas. Seorang jurnalis Indonesia menderita buta secara permanen di mata kanannya karena tertembak peluru karet polisi pada hari Minggu. Pada hari Selasa, seorang pemrotes berusia 18 tahun terluka ketika seorang petugas polisi menembakkan peluru tajam ke bahunya.
Keterangan mediaFootage dari penembakan menunjukkan petugas polisi menembakkan satu peluru dari jarak dekat.
Dalam protes Hong Kong baru-baru ini, polisi telah menggunakan meriam air untuk menyemprotkan pewarna biru pada demonstran untuk membuatnya lebih mudah untuk mengidentifikasi mereka nanti. (HMP)