Daily News|Jakarta – Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) resmi terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat 2020-2025 secara aklamasi dalam Kongres V di Jakarta Convention Center, Senayan, Minggu (15/3/2020).
Bukan hanya terpilih secara aklamasi, AHY mengambil tongkat kepemimpinan PD dari ayahnya secara ‘mulus’ dan tak tercium adanya penggelontoran rupiah atau keributan internal.
“Ini artinya Demokrat telah kembali menunjukkan kelasnya sebagai partai pembentuk ‘trend setter’ yang bisa menjadi jawaban terhadap defisitnya kepemimpinan muda dan inspiratif yang didukung pula oleh budaya demokratis seperti tuntutan reformasi,” kata Chairul, soerang dosen dan pengamat politik di Medan kepada wartawanDi DNI.
Chairul menghendaki terpilihnya AHY dalam proses Kongres PD yang lalu bisa diikuti oleh parpol-parpol utama lainnya. Menurutnya, jika suksesi di parpol-parpol utama berjalan baik dengan tampilnya anak-anak muda Indonesia dengan moral tinggi, integritas tak tergoyahkan, dan kompetensi maka Indonesia akan siap memasuki era baru Indonesia yang berpengharapan baik.
Alasan lain, menurutnya sekiranya suksesi berjalan lancar dan anak-anak muda berkualitas yang menjalankan politik demokrasi yang inklusif, maka bersama AHY akan hadir komunikasi yang lancar di antara elit-elit politik menjelang Pemilu 2024.
“Pembaruan dalam kehidupan politik dilandasi demokrasi pasca reformasi sudah menjadi keniscayaan, atau kita terus terpenjara dengan suksesi tersendat-sendat dengan paradigma lama, di mana proses politik itu terkontaminasi dan merugikan bangsa dan negara ke depan, di tengah-tengah persaingan global yang kian mengancam,” menurut Chairul.
Di pihak lain, Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam mendukung pendapat Chairul bahwa keberanian Partai Demokrat untuk berinovasi melakukan tranformasi kepemimpinan partai akan menjadi trend-setter dalam tradisi kepemimpinan partai politik di Indonesia.
Menurutnya, saat ini adalah momentum bagi pemimpin muda untuk berlaga.
“Saat ini, mayoritas partai-partai politik tidak berani melakukan regenerasi kepemimpinan partai dengan lebih mempertahankan status quo, yang ditandai oleh bertahannya nama-nama lama di pucuk pimpinan partai,” katanya.
Misalnya, Megawati Soekarnoputri kembali terpilih sebagai Ketum PDIP, Muhaimin Iskadandar yang kembali menjadi nakhoda PKB.
Begitu juga dengan Surya Paloh yang juga kembali menempati posisi Ketum Nasdem, Airlangga Hartarto Ketum Partai Golkar, hingga nama Prabowo Subianto diprediksi akan tetap memimpin Partai Gerindra lima tahun ke depan.
“Sebagian dari nama-nama besar itu sebenarnya sudah punya alternatif pengganti, namun tetap saja belum memiliki keberanian untuk melakukan regenerasi,” tuturnya.
Dikatakan Umum, kecenderungan mengakarnya status quo di partai-partai politik di Indonesia itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, besarnya dominasi patron-client di internal partai. Memang tidak ada yang keliru dengan fenomena patron client.
Sebab, dalam lembaga partai tradisional hingga modern sekalipun, pola relasi patron-client selalu hadir karena faktor histori kepemimpinan, kontribusi sumber daya dan logistik, wibawa dan kharisma pemimpin, trah atau keturunan, hingga tingginya kapasitas ilmu keagamaan dan legitimasi adat yang menjadi basis terciptanya kepercayaan publik terhadap figur pemimpin.
“Karena tidak ada alternatif kekuatan yang bisa mengimbangi, maka status quo tetap terjaga,” katanya.
“Hadirnya kepemimpinan anak-anak muda yang kompeten dan berintegritas tinggi akan menyelesaikan masalah pokok di tanah air sekaligus menjawab tantangan masa depan kita,” kata Chairul di Medan.
“Saya masih menunggu hadirnya ‘kabinet’ AHY di Partai Demokrat, apakah dia berhasil menghadirkan tokoh-tokoh muda dan inspiratif dengan semangat pembaruan yang telah dicanangkan AHY terus bergulir ke tingkat operasional partai, dan ini menjadi kunci, sekaligus membuktikan bahwa gelombang pembaruan di parpol-parpol utama tbukan saja elah menjadi keniscayaa tetapi resolusi bangsa ini,” tegas Chairul.(DJP)
Discussion about this post