Daily News Indonesia – Gubernur Anies Baswedan mengatakan, pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara semua insinyurnya seratus persen dari Indonesia. Tidak ada yang didatangkan dari luar negeri.
“Oleh orang-orang Indonesia. Dan ini bisa dibilang masuk rekor dunia. Nanti kita akan urus ini. Membangun atapnya itu tidak di atas, Pak Dahlan. Biasanya kalau membangun atap itu, kita siapin tiang pancang, kita bangun di atas. Ini (JIS) tidak, atapnya itu dibangunnya di bawah, kata Anies dikutip KBA News dari YouTube Dahlan Iskan, Kamis, 18 November 2021.
Anies menjelaskan, ketika atap dari panel-panel surya itu jadi, di angkat ke atas menggunakan semacam dongkrak delapan unit.
(Panel surya) Beratnya berapa? 3.900 ton. Di angkat ke atas. Secara mekanik pakai semacam dongkrak delapan buah. Itu sudah selesai. Ketika proses mengangkat panel surya itu, ikhtiar manusia dan doa. Karena kalau meleset sedikit saja, seluruh proyek bubar,” ujar Anies.
Mantan Mendikbud RI itu menegaskan, nantinya dunia kagum dengan JIS yang dimiliki oleh Indonesia ini.
“Saya bilang, jangan hanya jadi tuan rumah di negeri sendiri, tapi jadi tamu mempesona di negeri orang. Jadi di TV seluruh dunia orang pada nonton. Dari mana? Dari Jakarta,” jelasnya.
Oleh karena itu lanjut Gubernur Anies, setelah selesai ini, yang juga diharapkan, para pemain Indonesia bisa termotivasi dan bisa tembus global. “Karena stadionnya sudah global juga. Semoga Persija global juga,” harapnya.
JIS Karya Kolektif
Menurut Gubernur Anies, tidak boleh ada satu orang pun yang mengklaim suksesnya pembangunan Jakarta International Stadium atau JIS ini. Pasalnya, JIS adalah karya kolektif.
“Ini adalah karya kita semua. Tentu betul, Gubernur yang memberikan arahan. Tetapi kan yang melakukan operasional di lapangan bukan saya yang nyangkul, bukan saya yang pasang skop. Yang mengerjakan ribuan. Dan di kerjakan itu 24 jam dalam arti yang sesungguhnya,” jelasnya.
Dan yang menarik, lanjut Anies, tukang-tukang di JIS itu, rutin nge-vlog. Lalu didengar orang-orang di kampungnya yang banyak dari mereka berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal itu dilakukan agar masyarakat di kampungnya bisa turut bangga dengan JIS.
“Jadi mereka merekam yang dia kerjakan. Jadi orang di kampungnya itu bangga. Jadi ada perasaan bagi mereka itu, merasa bangga, kami bagian dari stadion ini. Dulu gak ada medianya pak. Dulu kalau kerja di proyek yang punyak nilai membanggakan, yang tahu ya dia dan keluarga. Sekarang dengan adanya media itu, teman-teman (tahu). Jadi ini karya kolektif,” ujarnya.(Ramli)
Discussion about this post