Daily News|Jakarta – Partai Amanat Nasional (PAN) mengaku tidak gusar melihat hasil survei yang kerap memasukkannya dalam daftar partai politik yang tidak lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2024 .
Eletabilitas PAN disebut hanya berkisar antara 1-2%. Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi menanggapi santai hasil sejumlah survei tersebut.
“PAN tidak kaget, tidak panik, dan juga tidak baper dengan hasil survei itu karena sejak 2004 hingga tahun 2021 saat ini ketika PAN disurvei, elektabilitasnya ya selalu berkisar antara 1 sampai 2% saja,” kata Yoga kepada wartawan, Rabu (29/12/2021).
Jubir PAN itu pun menyinggung hasil lembaga survei sejak Pemilu 2004 hingga 2019 yang juga kerap menyebut PAN tak lolos parlemen. Namun, kenyataannya justru berbanding terbalik.
“Kenyataannya hasil perolehan suara PAN di pemilu ternyata berbeda 500% dengan hasil survei. Di Pemilu 2004 PAN memeroleh suara nasional sebesar 6,44%, Pemilu 2009 sebesar 6,01%, Pemilu 2014 sebesar 7,59%, dan Pemilu 2019 sebesar 6,84%,” ujarnya.
Dia lantas berbalik mempertanyakan setiap hasil survei yang dikeluarkan lembaga-lembaga survei. Menurutnya, jika ada perbedaan hasil survei dengan kenyataan justru sangat aneh.
“Untuk itu, apapun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei tersebut tetap akan menjadi cermin evaluasi diri, sebagai input data bagi PAN untuk memperkaya informasi dalam membuat perencanaan strategis pemenangan Pemilu 2024,” tuturnya.
Lebih lanjut Yoga mengklaim, selama ini pihaknya juga selalu melakukan survei internal secara berkala.
“Dan, hasil survei internal tersebut memang berbeda dengan rilis yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei sejak tahun 2004 sampai sekarang,” ujarnya.
Komentar warganet
Pengumuman hasil-hasil survey yang di permukaan terasa ganjil dan ingin menggiring opini public semakin meresahkan rakyatl. ‘Kebohongan pblik’ seperti praktik ini harus diawasi dan diakhiri. Perusahaan survey dalam praktik ini jugstru merusak demokrasi, demikian tanggapan di media sosial
Publik kini sadar, semakin mendekat ke tahun 2024 maka kegiatan survey profesional atau abal-abal semakin menggila.
“Kini hampir setiap hari ada saja pihak yang mengaku perusaaan survey, padahal menjadi ukonsltan politik, meluncurkan hasil survey mereka dalam rangka memengaruhi opini public, tentu dengan bayaran,” komentar seorang pakar survey di media sosial.
“Besok, muncul lagi perusahaan survey mengumumkan hasil yang bertolak-belakang yang membuat masyarakat semakin tak percaya terhadap hasil-hasil survey yang dipublikasikan dengan tujuan jelas dan imbalan materi,” bagitu komentar netizen kecewa tanpa adanya pengawasan dari orgaisasi profesi baik secara etika maupun dari segi keabsahan metodologi survey.
Seperti diketahui, banyak perusahaan konsultan politik dengan kontrak bayaran berlindung di balik survey yang seyogianya mencerdaskan public dengan hasil survey yang secara etika dan metologis dapat dipertanggungjawabkan malah menjadi penggiring opini, complain warganet. (DJP)
Discussion about this post