Daily News ! Jakarta- Apa yang tidak ada pada Bachruddin Jusuf Habibie? Hampir tentang segala hal yang baik, melekat pada sosok Habibie.
Dari segi jabatan politik, dialah orang yang pernah menjabat menteri, wakil presiden, presiden. Semua jabatan Itu diemban lelaki keturunan Gorontalo-Jawa itu dengan sukses.
“Beliau bukan hanya Bapak Reformasi, Bapak Demokrasi, tapi juga Bapak Teknologi,” kata Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (12/09/2019) saat melayat BJ Habibie di rumah duka, Patra Kuningan, Jakarta.
Penilaian SBY itu menunjukkan Habibie merupakan sosok yang lengkap jasanya.
Saat reformasi bergulir, ketika bangsa Indonesia tercabik-cabik dalam keterpurukan ekonomi, sosial, kemasyarakatan, Habibie tampil sebagai presiden yang cemerlang. Nilai tukar rupiah yang sempat meroket ke angka Rp16.000 per dolar, disulap menjadi sekitar Rp10.000. Penjarahan yang sempat terjadi di berbagai tempat, mereda, ekonomi perlahan pulih. Bibit-bibit perpecahan bangsa, berhasil disulam kembali.
Ketika keberhasilan itu nyata, dan pidato pertanggungjawaban Habibie ditolak MPR, reaksi mantan wakil presiden itu sangat biasa. Tidak ada manuver politik sama sekali yang dilakukan Habibie. Bahkan waktu itu dia mengundurkan diri dari bursa calon presiden sehingga melempangkan jalan bagi Abdurrahman Wahid dan Megawati untuk maju sebagai calon presiden. Habibie berprinsip, sudah ditolak ya sudah. Ia tampak sangat tenang.
Habibie juga sukses membangun landasan di masa transisi. Bayangkan, cuma memimpin 16 bulan, namun lahir 68 undang-undang. Banyak UU yang “awet” bertahan hingga kini dan menjadi landasan demokrasi dan kebebasan, serta otonomi daerah. Produk undang-undang memang menjadi domain DPR. Tetapi, pada masa Habibie, hampir semua UU merupakan inisiatif eksekutif.
Bandingkan dengan pemerintahan sekarang. Sejak 2015, DPR menetapkan target Program Legislasi Nasional (Prolegnas_ prioritas lebih dari 40 RUU. Selama 4 tahun bekerja, DPR baru berhasil mengesahkan 24 RUU prioritas. Jadi rata-rata hanya 6 RUU prioritas dalam setahun.
Pada era pemerintahannya, Habibie berhasil membangun landasan kokoh bangsa Indonesia dengan dilahirkannya UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah ini gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam. Tanpa UU otonomi daerah, bisa jadi nasib Indonesia akan seperti Uni Soviet dan Yugoslavia yang pecah menjadi beberapa negara.
Kisah sukses Habibie kian teguh ketika dia menjadi mantan presiden, Habibie tercatat sebagai mantan presiden yang hampir selalu datang ke Istana jika ada undangan. Persoalan “datang ke Istana” ini bias menjadi hal yang tak mengenakkan karena hubungan antara para mantan presiden tidaklah mulus. Mantan Presiden Megawati dengan SBY masih belum baik hiingga kini.
Habibie adalah mantan untuk semua presiden. Hingga menjelang wafat, Habibie masih rajin berkunjung ke Istana. Presiden Joko Widodo mengaku, Habibie adalah seorang negarawan. “Beliau selalu langsung menyampaikan solusinya, jalan keluarnya. Kadang sering beliau datang ke Istana ataupun saya yang datang ke rumah Pak BJ Habibie,” ujar Presiden Jokowi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019) malam.
Telah menjadi tokoh dunia, tetapi tetap merendah. Itulah Habibie. Betapa tidak mendunia jika dari tempurung kepala manusia genius ini, telah ditemukan 46 item penemuan. Salah satu hak paten dari 46 penemuan adalah teori keretakan (Crack Theory) pada penerbangan. Temuannya itu menjadikan Habibie juga kerap disapa Mr Crack.
Meski tercatat sebagai penemu berlevel dunia, Habibie tetaplah rendah hati. Ia tetap berpuasa Senin Kamis. “Berpuasa Senin Kamis menjadikan saya tenang,” kata Habaibie suatu kali.
Habibie memiliki ketenangan yang luar biasa, di saat negara genting sekali pun. Bisa dibayangkan jika Indonesia dipimpin secara grsa-grusu pada masa peralihan.
Habibie memilih jalan hidup yang tenang. Ia tidak membangun partai politik yang penuh manuver itu. Di masa tua, Presiden ke-3 ini tidak mau mempersempit ladang pengabdiannya dalam wadah berupa partai politik. Alhasil, Habibie tidak pernah membuat gaduh, kontroversi, ataupun diseret-seret dalam persoalan. Habibie juga terbebas dari tudingan membangun dinasti politik. Kedua anaknya,Ilham Akbar dan Thareq Kemal Habibie amat sangat jarang muncul dalam hiruk pikuk berita. Jalan sunyi nonpolitik dipilih oleh Mr Crack dan keluarga teladan ini.