Daily News | Jakarta – Fahri Hamzah, politisi yang kerap jadi buah bibir, bintang di Twitter, kini telah pensiun dari Senayan. Fahri, eks politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tak lagi jadi Wakil Ketua DPR. Tapi, publik pasti akan mengingatnya sebagai politisi yang paling lantang ‘menyerang’ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bahkan, Fahri dengan terus terang ingin komisi anti rasuah itu dibubarkan.
Gara-gara itu pula, Fahri didepak oleh partainya : PKS. Waktu itu, Presiden PKS Sohibul Imam mengungkapkan, Fahri dipecat karena tak menggubris garis perjuangan politik partai. Salah satu kesalahan terbesarnya, Fahri dianggap selalu membela Setya Novanto, Ketua DPR yang kemudian tergusur karena kasus korupsi e-KTP. Kesalahan lainnya, Fahri dinilai ‘bernafsu’ ingin bubarkan KPK. Kesalahan-kesalahan itulah, menurut Sohibul berimbas pada citra partai. Maka, tak ada cara lain, selain Fahri didepak. Sebab, menurut Sohibul lagi, sudah diperingatkan tapi politisi asal Nusa Tenggara Barat itu tetap ngeyel.
Karena sikap vokalnya kepada KPK, Fahri pun ‘dimusuhi’ para aktivis yang bergiat di isu anti korupsi. Salah satunya adalah Indonesia Corruption Watch (ICW). Pada hari Selasa, 5 April 2016, ICW yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil mengeluarkan siaran persnya menyikapi pemecatan Fahri Hamzah oleh DPP PKS. Menurut Donal Fariz, aktivis ICW ketika itu, jika dilacak sejak 2010, setidaknya ada 32 kali serangan yang dilontarkan Fahri kepada KPK. Donal pun Kemudian membeberkan jejak ‘serangan’ Fahri untuk komisi antirasuah.
Kata Donal, pada 15 Januari 2016, Fahri pernah memicu keributan di parlemen. Ketika itu, Fahri menghalangi penyidik KPK yang akan melakukan penggeledahan di ruangan Yudhi Widiana dalam kasus yang menjerat politisi PDIP, Damayanti. Kemudian, pada 22 Februari 2016, Fahri sempat menyebut Ketua KPK, Agus Raharjo telah frustasi dan tidak paham kerja karena mengancam akan mengundurkan diri kalau pembahasan UU KPK dilanjutkan.
” Lalu, pada 30 November 2015, Fahri pernah melontarkan keinginannya, revisi UU KPK mengatur SP3, ijin penyadapan, dan Dewan Pengawas,” kata Donal.
Pada 10 November 2015 lanjut Donal, Fahri juga pernah menyebut KPK lahir dari lobi asing dan dari proses korupsi. Pada 25 Maret 2015, Fahri juga menuding KPK sebagai penyebab kekalahan Prabowo dalam Pilpres 2014. Jejak kontroversi Fahri lainnya terjadi pada 19 Agustus 2015. Saat itu, Fahri menyebut KPK pantas dibubarkan lantaran dinilai hanya pencitraan dan tidak memiliki substansi. Lalu pada 21 Agustus 2015, mengatasnamakan DPR, Fahri mengatakan telah sepakat bahwa KPK harus dibubarkan.
” Pada 18 Agustus 2015, Fahri sempat mengusulkan KPK dileburkan dengan Ombudsman. Dan, pada 8 Oktober 2015, dia juga menuding KPK membuat manusia normal jadi manusia gagal, sama seperti PKI dulu,” ujarnya.
Jauh sebelumnya, pada 29 Mei 2015, Fahri juga sempat melontarkan tudingan bahwa seluruh penetapan tersangka oleh KPK bermasalah. Ada prosedur yang tidak dipakai. Dan, pada 8 Oktober 2015, Fahri juga menuding kelompok yang mendukung KPK sok jadi pahlawan.
“Fahri juga pada 8 Mei 2015 menentang rencana KPK untuk merekrut penyidik dari TNI dan menyebutnya sebagai akal-akalan. Kemudian pada 3 Juli 2015, Fahri meminta KPK berhenti sebagai penyeru moral. Karena itu urusan guru, pastor, kiai dan ulama,” kata dia.
Tahun 2014 juga, Fahri beberapa kali melontarkan pernyatan yang menyerang KPK. Misalnya pada 20 Januari 2014, Fahri sempat mengecam KPK karena berani menggeledah DPR. Lalu pada 20 Februari 2014, Fahri juga menuding KPK mengacaukan pemahaman bernegara. Berikutnya, pada 21 Februari 2014, Fahri juga kembali menuding KPK ciut menangani dugaan korupsi yang melibatkan kader PDIP.
“Pada 12 Mei 2013, Fahri mengancam akan melaporkan 10 penyidik KPK dan Juru Bicara ke kepolisian karena melakukan penyitaan dalam kasus Presiden PKS,” katanya.
Pada 22 Mei 2013, juga kata Donal, Fahri pernah menyebut KPK melakukan festivalisasi dalam pemberantasan korupsi. Kemudian, pada 2 Desember 2013, Fahri juga menyebut KPK lama-lama seperti pantat ayam digosok, begitu digosok, gagah lagi. Sebelumnya, pada 27 Juni 2013, Fahri sempat menyebut penyadapan KPK adalah dosa besar.
” Kemudian pada 5 Juni 2013, Fahri melakukan walkout saat KPK melakukan rapat dengan Timwas Century dan tidak terima dengan penjelasan Bambang Widjodjanto,”kata dia.
Pada 10 Mei 2013, lanjut Donal, Fahri juga pernah menuding penyidik KPK tidak memiliki surat-surat untuk menyita mobil di kantor DPP PKS dalam kasus Lutfhi, eks Presiden PKS. Dan, pada 10 Mei 2013, mantan aktivis 98 itu juga menuding KPK tak ubahnya sekelompok preman yang mengaku sedang menjalankan proses hukum.
Kemudian pada 3 Juli 2013, kata Donal, kembali Fahri menuding bahwa elemen yang terlibat dalam kasus Century, baik mantan pengacara, sahabat pengacara atau penasihat hukum kasus itu kini tengah bekerja di KPK. Tugasnya untuk mengaburkan kasus Century.
” Pada 29 November 2013 dalam akun twitternya menuding KPK sibukkan diri dengan kasus kecil supaya bisa sembunyikan kasus besar, seperti mega skandal. Lalu, pada10 Desember 2013 dia juga enuding KPK dan Pengadilan Tipikor melakukan kongkalingkong atas vonis Luthfi Hasan,” katanya.
Tahun 2012, Fahri juga tak pernah lelah menyerang KPK. Contohnya, pada 3 Juni 2012, dia menyebut KPK hanya bisa menindak, tapi tak fokus kepada pencegahan. Tahun sebelumnya, yakni pada 3 Oktober 2011, Fahri menyuarakan pembubaran KPK. Usulan pembubaran itu disuarakan Fahri, saat rapat konsultasi yang dihadiri Jaksa Agung Basrief Arief dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Menurutnya, pola penanganan hukum yang dilakukan KPK terbilang kebablasan. Pada 4 Oktober 2011, Fahri juga sempat menyebut pimpinan KPK sudah didukung dengan gaji besar dan luar biasa. Namun kinerjanya selama delapan tahun gagal menangani kasus korupsi.
” Pada tanggal 18 Oktober 2011, Fahri menuding pemanggilan seseorang menjadi bagian dari upaya meneror orang. Ini sudah menjadi bagian dari KPK,” kata Donal.
Sebelumnya lagi, lanjut Donal, pada 10 Oktober 2011 Fahri menuding KPK disusupi kepentingan asing. Dan, pada 28 Agustus 2010, melalui akun twitternya, Fahri menuding KPK “memusuhi bangsanya sendiri lalu terima bantuan asing untuk mensucikan Indonesia. ” Go to hell KPK, begitu kicauan Fahri di akun twitternya,” ujar Donal.
Kini Fahri Hamzah telah pensiun dari Senayan. Kabarnya, ia akan bentuk partai baru. Partai Gelora namanya. Akankah Fahri akan tetap galak ‘menyerang’ KPK?
(Supriyatna/Daily News Indonesia)
Discussion about this post