Daily News|Jakarta – Mantan Kepala BPP Yudi Latif, seorang filosof menulis himbauan menarik yang viral di media sosial.
“Saudaraku, ibarat cinta yg tak berbalas, kau pantas kecewa dgn balasan yg kauterima dari negaramu. Dari pemilu ke pemilu, kau turut merayakan pesta demokrasi hingga bertengkar ihwal jagomu, utk diabaikan pasca pemilihan,” tulisnya di paragraph awal.
Gaji-tunjangan wakil rakyat kian melambung, tp mutu deliberasi, legislasi dan pengawasan makin anjlok. Tak ada persambungan antara aspirasi dan representasi, antara suara rakyat dan prioritas perundangan-kebijakan. Dlm banyak kasus, rakyat memilih wakilnya hanya utk jd pemburu rente.
Birokrasi makin tambun posturnya, makin luas cakupannya, tapi pelayanan publik tetap lambat-berbelit, saling lempar tanggung jawab. Jabatan makin tambah bukan demi efektivitas tata kelola, namun demi berbagi jatah. Pegawai makin limpah, hanya utk beratkan biaya rutin dan habiskan anggaran.
Namun, percayalah tiada cinta yg sia-sia. Cinta takkan habis-mati krn diberikan. Ibarat nyala lilin yg tak mematikan dirinya walau apinya ditularkan ke deretan lilin yg lain.
Semakin banyak diberikan, pijar api cinta makin berpendar menerangi kehidupan. Bila api cintamu tak mampu menembus dinding hati para pemimpinmu, masih ada jutaan hati yg bisa memantulkan sinar kasihmu.
“Jika khianat negara tak bisa lagi kau ubah dgn tanganmu, jgn biarkan nuranimu ikut meredup. Masih ada orang baik di parlemen dan birokrasi yg memerlukan dukungan hati publik. Kalaupun sulit dipertautkan, setidaknya sinar kasihmu masih bisa dipancarkan pd sesame,” tegas Yudi.
Tak perlu menunggu belas kasih negara yg matihati. Bukankah kehidupan terus berjalan tanpa kehadiran negara? Berangkatlah kerja, krn anak panah tak bisa menembus sasaran tanpa melesat dari busurnya. Air yg tak mengalir jadi sumber penyakit.
Seperti kupu-kupu yg tak lelah berjelajah. Sunggingkan senyum pada sesama di berbagai ruang perjumpaan. Tularkan gairah kerja di tengah perkantoran. Tebarkan benih di lumpur persawahan. Berikan perhatian bagi yg sakit dan menderita.
“Satu kepakan kupu-kupu memang tak berdaya. Tapi kepakan jutaan kupu-kupu yg bergerak serempak melahirkan tornado perubahan.”
“Dgn memperluas jaringan silih asih, asah dan asuh antarsesama, kalian bisa menolong,” himbaunya. (DJP)
Discussion about this post