Daily News|Jakarta –Warga Tanjung Priok, Jakarta Utara mendesak Menhukham Yasonna Laoly meminta maaf secara terbuka. Mereka memberi tenggat dua hari kepada Yasonna, jika tidak, mereka akan melakukan aksi lanjutan dengan jumlah massa yang jauh lebih besar.
Desakan itu dilontarkan massa aksi dalam unjuk rasa di depan Kantor Kemenkumham, Jakarta Selatan, terkait ucapan Yasonna bahwa Tanjung Priok identik dengan kawasan miskin dan melahirkan banyak kejahatan.
“Kita minta dalam 2×24 jam, menteri harus minta maaf terbuka di hadapan media, kalau tidak minta maaf, kami akan eskalasikan aksi kami yang lebih besar,” kata Koordinator Aksi, Kemal Abubakar, Rabu (22/1).
Ia mengatakan, dalam aksi hari ini, pihaknya berharap bisa menemui Yasonna. Namun perwakilan massa hanya diterima oleh Kabag Humas dan beberapa pejabat lainnya di Kemenkumham.
“Tidak ada dialog dalam pertemuan tadi. Kita memang hari ini targetnya bertemu pak menteri, pak menterinya tidak ada. Bahkan kami ingin mengundang pak menteri kapan-kapan kita ngopi di Tanjung Priok. Kita pastikan bahwa Priok itu aman, Priok itu tidak kriminal,” kata dia.
Hingga ga pukul 13.45 WIB, aksi massa masih berlangsung. Terlihat perwakilan massa bergantian melakukan orasi dari atas mobil komando. Lalu lintas di sepanjang Jalan HR Rasuna Said dari dan menuju Mampang macet parah imbas aksi ini.
Diketahui yang menyebut bahwa Tanjung Priok daerah miskin, kumuh, dan banyak melahirkan kriminalitas.
Saat memberikan pengarahan di Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, Jakarta, Kamis (16/1), politikus PDIP itu mencontohkan dua anak yang lahir dan besar di dua daerah yang berbeda, yakni Menteng dan Tanjung Priok.
Dia meyakini anak-anak yang lahir dari kawasan miskin, kumuh, dan memiliki tingkat kejahatan yang tinggi seperti di Tanjung Priok, berpotensi berbuat kejahatan di masa depan.
“Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan,” kata Yasonna.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, memaafkan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly terkait pernyataan yang menyebut Tanjung Priok identik dengan kawasan miskin dan melahirkan banyak kejahatan.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidowi demi terciptanya kondusifitas dan tak menimbulkan kegaduhan yang berlanjut di tengah-tengah masyarakat.
“Iyalah diimbau itu untuk memaafkan [Yasonna]. Saya kira ini untuk mendinginkan suasana. Menginginkan agar ada ketenangan dan tak gaduh,” kata Masduki kepada wartawan, Rabu (22/1)
Masduki sendiri tak menampik bila Ma’ruf Amin tumbuh dan besar di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara selama ini. Sebelum jadi Wakil Presiden, Ma’ruf diketahui tinggal di kediamannya di kawasan Koja, Jakarta Utara.
Masduki pun meyakini warga Priok akan mengikuti saran dari Ma’ruf untuk memaafkan Yasonna. Terlebih lagi, kata dia, Yasonna kemungkinan hanya keseleo lidah dalam menyampaikan pernyataannya tersebut.
“Dan saya yakin warga Priok akan mengikuti bapaknya yang jadi Wapres, untuk cenderung memafkan terhadap hal-hal yang sebenarnya itu tak dimaksudkan untuk menyakiti, itu keseleo lidah ya,” kata dia.
Selain itu, Masduki menyatakan perlu ada solusi antara warga Priok dan Yasonna agar masalah tersebut tak berlarut-larut.
Ia berkeinginan agar warga Priok tak terlalu keras memberikan kritikan kepada Yasonna. Begitu juga sebaliknya, Yasonna diharapkan tak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang membuat warga Priok merasa tak nyaman.
Yasonna didemo oleh masyarakat Tanjung Priok berkaitan dengan pernyataan dia yang menyebut bahwa Tanjung Priok daerah miskin, kumuh, dan kriminal.
Saat memberikan pengarahan di Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, Jakarta, Kamis (16/1), Yasonna mencontohkan dua anak yang lahir dan besar di dua daerah yang berbeda, yakni Menteng dan Tanjung Priok.
Yasonna meyakini jika anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan sering terjadi tindak kriminal akan melakukan hal serupa di masa depan.
“Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan,” kata Yasonna. (DJP)
Discussion about this post