Daily News|Jakarta – Direktorat Polisi Perairan dan Udara Badan Pemelihara Keamanan Polri mengerahkan delapan armada kapal patroli dan empat helikopter jenis Dauphin As 365 N.3, Bell 429, dan tiga kapal milik Polda Metro Jaya untuk membantu pencarian serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Direktur Polisi Perairan dan Udara Brigadir Jenderal Mohammad Yassin Kosasih mengatakan, pihaknya juga mengerahkan alat untuk mencari black box pesawat.
“Dalam membantu pencarian pesawat yang jatuh tersebut kami membawa 2 set Pinger Locater, yaitu alat untuk mencari Black Box dan 50 orang penyelam yang terdiri dari penyelam Ditpolair, penyelam Ditpolairud Polda Metro Jaya, penyelam Ditpolairud Polda Banten dan penyelam dari Korps Brimob”, ujar Yassin melalui keterangan tertulis pada Ahad, 10 Januari 2021.
Yassin mengatakan, agar pencarian Search and Rescue (SAR) bisa maksimal, ia menurunkan beberapa speed boat dan perahu karet untuk melakukan penyisiran mencari serpihan pesawat serta badan utama pesawat.
“Saya juga berharap pada saat dilakukan penyisiran dan penyelaman cuaca dalam kondisi baik,” kata Yassin.
Sebagaimana diketahui, pesawat Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Pontianak itu hilang kontak di Kepulauan Seribu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada 9 Januari 2021. Pesawat tersebut dinyatakan jatuh di dekat Pulau Laki.
Direktur mundur
“Kita pikirkan karena surat ini tidak direspons dan tetap melanjutkan penerbangan secara normal, kami berdua mengundurkan diri untuk menghindari kepentingan konflik,” kata Direktur Operasi Captain Fadjar Semiarto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 30 September 2019.
Fadjar menjelaskan pihaknya telah menyampaikan surat rekomendasi untuk penghentian sementara operasional Sriwjaya karena dinilai tidak laik, baik dari sisi operasional, teknis dan finansial.
Dia menjelaskan berdasarkan penilaian Hazard, Identification and Risk Assessment (HIRA) bahwa status Sriwijaya Air Group berada dalam rapor merah, artinya berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan.
Selain itu, lanjut dia, adanya dualisme kepemimpinan, yakni Plt Direktur Utama Jefferson I Jauwena dan yang tertulis di akta perusahaan yang terbaru Robert Waloni. “Ada dualisme kepemimpinan, yaitu direktur utama untuk urusan kontigensi, Pak Jefferson dan yang tertulis di akta resmi Pam Robet Waloni membuat susah untuk koordinasi, dan ini tidak rasional,” kata Fadjar.
Dalam kesempatan sama, Direktur Teknik Sriwjaya Air Ramdani Ardali Adang menjelaskan saat ini perawatan pesawat pun terbengkalai sejak putusnya kerja sama dengan PT GMF AeroAsia, anak usaha Garuda. “Perlu kami sampaikan, kami peduli keselamatan, laporan terkini sejak putus dengan GMF, Sriwijaya kondisi suku cadang saja tidak ada, hanya oli saja, ban terseok-seok,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, tenaga kerja teknisi juga terbatas, tiga teknisi dan dua mekanik dan digenjot untuk bekerja 12 jam, sementara diperlukan istirahat untuk merilis pesawat layak terbang.
“Saya terus terang sejak Sriwijaya k Air putus dengan GMF hingga saat ini saya khawatir sekali HIRA-nya cukup merah, memang belum terjadi sesuatu tapi dari indikasi tersebut berpotensi terhadap penerbangan. Surat kami tidak dipedulikan lebih baik mengundurkan diri,” ujar Ramdani. (DJP)