Daily News|Bondowoso – Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu daerah penghasil kopi berkualitas ekspor, khususnya jenis Arabica. Petani kopi daerah setempat masih berharap, terus ada penguatan nilai jual kopi.
M Ishak, salah satu pelaku usaha kopi di Dusun Kluncing Desa Sukorejo Sumberwringin, berharap penguatan di lini penjualan, yakni salah satunya satunya dengan ekspor.
Apalagi, ketinggian Bondowoso, rata-rata kopi yang dihasilkan adalah kopi Arabica, terutama varian Blue Fire yang layak ekspor.
“Selama ini, sudah banyak kopi Bondowoso yang memenuhi standar ekspor. Sayangnya, ekspor tersebut harus melalui mata rantai yang cukup panjang,” ujarnya.
Padahal, Bondowoso sudah mendeklarasikan diri sebagai Republik Kopi. Tapi ekspornya harus pakai rekanan.
Ishak menjelaskan, pada musim panen kali ini, petani kopi Arabica di Bondowoso mampu menjual kopi dalam kondisi HS Kering di kisaran Rp 10.000 per kilogram.
Harga ini, jauh lebih baik dari tahun lalu, yang ada di bawah Rp 9.500. Bahkan bisa sampai Rp 11.500 per kilogramnya untuk pasar luar negeri, seperti Amerika Serikat.
“Namun akses dan pembelian perantara buyer dari AS tersebut masih terbatas. Belum semua petani kopi Arabica bisa menjual melalui perantara buyer dari AS tersebut,” jelasnya.
Untuk itu, Ishak menyarankan agar BUMD di Bondowoso, bisa mulai merancang ekspor kopi langsung tanpa melalui rekanan. Meski harus modal besar, tetapi penghasilan yang masuk ke PAD akan lebih optimal ketimbang hanya menjual lewat perantara atau dijual di dalam negeri.
“Juga multiplier effect yang dihasilkan akan lebih bagus untuk masyarakat, terutama petani kopi di Bondowoso,” demikian ucao Ishak, palaku usaha kopi di Bondowoso.