Daily News|Jakarta – Merawat dua adiknya selama satu bulan lebih bukan perkara mudah bagi Vani (17), warga Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Pelajar kelas 12 SMA ini juga harus menghadapi tekanan mental dari lingkungan sekitarnya.
Vani merawat sendiri dua adik kandungnya sejak Senin (15/6). Karena ibunya, Zulfadli Mursidah (37) diisolasi setelah dinyatakan positif COVID-19. Sedangkan ayah Vani meninggal dunia sekitar 8 bulan yang lalu.
Dia mengaku hanya dibekali uang sekitar Rp 500.000 oleh ibunya. Agar cukup untuk makan sehari-hari, pemuda 17 tahun ini memutar sebagian uang tersebut dengan berjualan pizza. Dia dibantu sang ibu memasarkan pizza secara online.
“Saya jualan pizza yang saya buat sendiri dibantu adik saya. Hasilnya salah satunya untuk membeli token listrik,” jelasnya saat dikonfirmasi wartawan saat dihubungi, Jumat (17/7/2020).
Kini Vani berharap ibunya segera pulang dari tempat isolasi. Karena keempat adiknya sudah merindukan kasih sayang sang ibu. Dia sendiri juga merasa kewalahan merawat adik-adiknya.
“Sulit ternyata merawat adik-adik di rumah. Kesulitannya karena susah diatur, seperti salatnya, mengajinya, makannya,” tandasnya.
Sementara Mursidah mengatakan, anak sulungnya itu dipasrahi merawat dua putranya yang berusia 12 dan 10 tahun. Sedangkan putranya yang berusia 5 dan 2 tahun dia titipkan ke adik dan saudaranya yang juga tinggal di Desa Kepuhkembeng.
Merawat dua adiknya selama satu bulan lebih bukan perkara mudah bagi Vani (17), warga Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Pelajar kelas 12 SMA ini juga harus menghadapi tekanan mental dari lingkungan sekitarnya.
Kini Vani berharap ibunya segera pulang dari tempat isolasi. Karena keempat adiknya sudah merindukan kasih sayang sang ibu. Dia sendiri juga merasa kewalahan merawat adik-adiknya.
“Sulit ternyata merawat adik-adik di rumah. Kesulitannya karena susah diatur, seperti salatnya, mengajinya, makannya,” tandasnya.
Sementara Mursidah mengatakan, anak sulungnya itu dipasrahi merawat dua putranya yang berusia 12 dan 10 tahun. Sedangkan putranya yang berusia 5 dan 2 tahun dia titipkan ke adik dan saudaranya yang juga tinggal di Desa Kepuhkembeng.
Janda lima anak ini mengaku tak tega meninggalkan lima buah hatinya. Terlebih lagi, keluarga kecilnya itu mengalami stigma negatif sejak dirinya dinyatakan positif Covid-19. Namun, Mursidah tak bisa berbuat banyak lantaran sampai hari ini masih diisolasi di STIKES Pemkab Jombang, Jalan Dr Soetomo.
“Dari pihak desa tidak ada bantuan sama sekali. Tidak diinguk (dijenguk), malah dikucilkan. Ada tetangga yang mau mengusir keluarga saya,” kata Mursidah saat dikonfirmasi wartawan.
Dia membenarkan anak sulungnya itu menanak nasi sendiri setiap pagi dan memasak lauk dan sayur untuk sarapan bersama dua adiknya. Sementara lauk untuk makan siang dan malam dipasok oleh adiknya.
“Kalau bisa, selama saya diisolasi supaya pemerintah membatu anak-anak saya. Setidaknya pemerintah desa memperhatikan anak-anak saya meski tidak membantu,” terangnya.
Ia mengaku merasakan dampak ekonomi wabah virus corona. Karena selama ini, Mursidah menggeluti usaha dekorasi dan rias pengantin. Tentunya bisnisnya itu berhenti total karena hajatan pernkahan dilarang pemerintah sejak COVID-19 merebak.
“Sejak Januari sudah tidak ada job. Saya hanya dapat bantuan Rp 200.000 per bulan dari pemerintah,” ungkapnya.
Meski kondisi fisiknya sudah sehat, Mursidah belum diizinkan pulang. Dia masih menunggu hasil tes swab yang dijalani pada 1 dan 2 Juli lalu. Jika kedua tes swab tersebut negatif Corona, maka ibu lima anak ini bakal diizinkan pulang.
“Alhamdulillah sudah tidak ada gejala klinis, tapi kata tim medis tubuh saya masih ada virusnya,” ungkapnya.
Sampai hari ini saja, Vani sudah 33 hari merawat dua adik kandungnya di rumah. Selama puluhan hari dia menggantikan tugas ibunya. Mulai dari memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, hingga menjaga dua adiknya. (DJP)
Discussion about this post