Daily News|Jakarta – Puluhan nama pejabat dilaporkan masuk dalam daftar kandidat duta besar Republik Indonesia untuk 30 perwakilan pemerintah di luar negeri yang telah dipilih Presiden Joko Widodo, Senin (11/5).
Sebagian besar nama calon duta besar RI dalam daftar yang beredar di kalangan media itu terdiri dari diplomat, mantan menteri, hingga pemimpin redaksi media massa.
Masalah pembocoran nama-nama calon dubes di seluruh dunia adalah kecerobohan berbahaya, kata seorang pengamat diplomasi dan politik internasional yang tidak menyebut namanya.
Katanya, penyebutan nama calon dubes itu bersifat fait a compli seakan ‘memaksa’ negara penerima menyetujui nama calon dubes itu.
“Padahal, setelah nama itu disampaikan secara resmi ke negara penerima, barulah negara itu melakukan proses ‘vetting’, untuk nanti menentukan apakah negara penerima menyetujui pencalonan dubes, atau dalam beberapa kasus terjadi penolakan.”
“Ini berpotensi mengakibatkan memburuknya hubungan bilateral negeri pengirim dengan negeri penerima.”
“Proses mulai pencalonan secara resmi, pemaparan di parlemen, permintaan persetujuan, pelatihan, dan pelantikan oleh Presiden RI, persetujuan (dalam bahasa Prancis disebut: agrement) dan kemudian perjalanannya menuju negara akreditasi, dan akhirnya diterima oleh Kepala Negara di negara akrediasi dalam acara penyerahan surat-surat kepercayaan, atau disebut credentials, dan ini masih panjang,” katanya.
Dia menyatakan heran, darimana publik bisa mendapatkan nama-nama calon dubes itu. Menurut perkiraannya adalah dari 3 sumber: Kemlu, Istana, dan DPR.
“Ke depan ini harus dicegah. Martabat dan harga diri bangsa dan negara kita jadi turun di mata internasional. Seakan negara kita ecek-ecek,” katanya kesal.
Melalui bocoran nama itu, mantan Pemimpin Redaksi Metro TV sekaligus mantan Ketua Forum Pemimpin Redaksi, Suryopratomo, diusulkan dalam daftar tersebut menjadi Duta Besar RI untuk Singapura.
Sementara itu, mantan Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta relawan Jokowi saat Pilpres 2019, M Luthfi, juga masuk dalam bursa tersebut. M Lutfi diajukan menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat.
Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat TNI, Mayor Jenderal (Purn.) Imam Edy Mulyono, diajukan menjadi Dubes RI untuk Venezuela.
Pelaksana tugas juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, menuturkan pengajuan nama dubes RI adalah hak prerogatif presiden. Menteri luar negeri, paparnya, hanya memberikan masukan dan pertimbangan terhadap nama-nama calon dubes tersebut.
“Proses pengangkatan seorang Dubes sebenarnya cukup panjang. Setelah fit and proper test oleh DPR masih ada proses penting lainnya yaitu permintaan agreement (persetujuan) ke negara yang dituju,” kata Faizasyah saat dimintai konfirmasi melalui pesan singkat.
Faizasyah mengatakan nama-nama calon dubes RI memang tidak pernah diumumkan ke publik sampai para calon dubes tersebut disetujui oleh negara masing-masing melalui proses pemberian persetujuan, atau agrement.
Usulan nama-nama dubes itu dilaporkan telah diterima oleh DPR dan selanjutnya dirundingkan dalam rapat paripurna DPR besok.
Sebagian besar nama-nama calon dubes itu berasal dari pejabat karir Kementerian Luar Negeri. (DJP)
Discussion about this post