Daily News|Jakarta – Pemerintah Indonesia memutuskan tidak akan memberlakukan libur massal bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya walau di Indonesia sudah ada kasus positif virus corona.
“Pada prinsipnya kami tidak mengambil keputusan untuk meliburkan secara massal dan bergantung apakah peserta didik, murid atau mahasiswa itu melakukan perjalanan atau ada gejala-gejala,” kata Ade Erlangga Masdiana, pelaksana tugas Kepala Biro Kerjasama dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), di Kantor Staff Kepresidenan di Jakarta, Jumat (06/03).
Ade menyampaikan pernyataan ini saat mengumumkan protokol untuk mencegah penyebaran virus corona di institusi pendidikan. Dalam protokol tersebut tertulis ‘jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang berkaitan dengan pernapasan, Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat’.
Sejumlah negara memutuskan untuk meliburkan sekolah dan universitas untuk menekan wabah virus corona antara lain India, Jepang, dan Italia.
Menanggapi langkah pemerintah, Aang Kunaifi, kepala sekolah SD Al Bayan Islamic School, Tangerang, Banten, mengatakan sependapat.
“Kalau untuk meliburkan saya belum setuju karena saya berkeyakinan, kalau misalkan orang Islam sih insya Allah dijauhkan dari hal-hal semacam itu, kalau Allah kasih situasi yang lain ya apa boleh buat,” katanya.
Langkah lain yang diumumkan pemerintah adalah penyediaan sarana cuci tangan dan imbauan kepada peserta didik dan pendidik untuk istirahat di rumah jika menunjukkan gejala-gejala penyakit Covid-19 seperti demam, batuk, pilek, dan gangguan pernafasan.
“Mengimbau agar sekolah itu ada sarana cuci tangan dan [melaksanakan] sosialisasi kepada orang tua untuk pencegahan dan pemahaman yang benar kepada orang tua,” kata Ade.
“Kalau ada batuk, pilek, atau gangguan pernafasan untuk peserta didik dan pendidik untuk senantiasa istirahat di rumah dan konsultasi ke ahli kesehatan.”
Meski demikian, tidak semua sekolah telah menyediakan sabun cuci tangan bagi siswa-siswanya.
Imbauan melalui WhatsApp
Sri Wahyu, guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengatakan sekolahnya menyediakan sabun mandi biasa untuk mencuci tangan di fasilitas wudu yang sudah tersedia di depan setiap kelas.
“Sabun cuci tangan? Sabun biasa saja sih, ini nggakterlalu disediakan seperti itu, tidak,” kata Sri kepada BBC Indonesia.
Sekolahnya juga tidak memiliki thermal gun untuk mengukur suhu tubuh anak-anak.
“Sudah ada imbauan dari Provinsi Jawa Barat yang tersebar lewat grup WhatsApp, isinya seperti hidup sehat, cuci tangan, gerakan gizi seimbang, intinya hidup sehat,” kata Sri.
Imbauan tersebut diedarkan lewat WhatsApp dan dibacakan di depan peserta upacara pada hari Senin (02/03), namun Sri mengaku di sekolah negerinya tidak ada pamflet tentang cara cuci tangan yang benar dan cara-cara lain untuk menghindari terjangkit virus corona.
“Kalau di sini memang tidak seheboh di daerah Depok, tapi kami juga memang di antara guru-guru juga galau, bagaimana ini, sudah masuk ke kita? Bahayanya bagaimana? Tapi kami tidak terlalu gimana karena masih jauh dari kita, dan anak-anak ya gitu saja, kami bilang ke mereka, ‘tolong cuci tangan, diperhatikan makanannya, gizi yang seimbang, kalau yang sakit diusahakan pakai masker’ anak-anak itu tetap adem-adem saja.”
Hal ini berbeda dengan yang dilakukan SD Al Bayan Islamic School di Tangerang, yang membuat video YouTube tentang tata cara cuci tangan yang benar dan etika saat bersin dan batuk.
“Kita sudah rapat dengan Dinas Kesehatan Tangerang, sudah buat video YouTube yang disebar ke orangtua tentang sejauh ini apa upaya kita menangani virus corona ini,” kata Aang Kunaifi, Kepala Sekolah SD Al Bayan Islamic School.
Kelangkaan cairan pembersih tangan
Aang juga mengatakan bahwa sekolahnya memiliki sarana cuci tangan yang memadai bagi 597 muridnya karena sekolah tersebut juga memiliki fasilitas wudu yang sudah dilengkapi dengan sabun cuci tangan.
Selain itu, sekolah menyediakan hand sanitizer yang ditempatkan di beberapa tempat seperti pintu masuk sekolah.
Hal ini dilakukan setelah ia mendapat imbauan dari Pemerintah Kota Tangerang melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp mengenai langkah-langkah penanganan virus corona.
Namun, rencana kepala sekolah tersebut untuk menempatkan 24 hand sanitizer di setiap kelas terhalang kelangkaan cairan pembersih tangan tersebut di pasaran.
“Minggu depan kita akan kasih hand sanitizer di depan pintu. Nanti rencananya di 24 tempat akan kita adakan. Ini karena keterbatasan dari distributor yang tidak menyediakan, kami kesulitan mencarinya, kami sudah mencari ke vendor satu ke vendor lainnya jadi masih kosong, barangnya langka,” kata Aang.
Sementara itu, Sri mengatakan bahwa sekolahnya tidak menyediakan hand sanitizer seperti di sekolah Aang karena hal tersebut bukanlah kewajiban.
“Karena kita di daerah, bukan di kota, jadi ada beberapa yang bawa hand santizer, ada yang tidak, memang dihimbau tapi tidak diwajibkan, yang bisa saja,” kata Sri.
“Belum ada [hand sanitizer di depan kelas], karena di pelosok, paling pakai sabun mandi biasa. Untuk anak [yang tinggal] di dekat toko mungkin beli sendiri, kalau yang di pelosok-pelosok tidak.”
Aang, kepala sekolah SD Al Bayan Islamic School di Tangerang, bahkan menganjurkan murid-muridnya untuk menghindari jabat tangan.
Ia akan menempelkan pamflet-pamflet di depan kelas, yang dibuat oleh seorang orang tua murid yang bekerja sebagai dokter, tentang cara memakai masker dan cuci tangan yang benar.
“Sekarang 80% (murid) sudah tidak jabat tangan, hanya salam sopan saja,” kata Aang.
“Dan kita juga buat pamflet-pamflet tentang teknik memakai masker, cuci tangan, dan batuk. Insya Allah minggu depan sudah kita tempel semuanya.”
Sekolah ini juga telah menerapkan pengukuran suhu badan murid setiap paginya.
“Kita sudah hidup bersih, sudah tes suhu badan setiap pagi, sudah antisipasi untuk cuci tangan di kelas dan hand sanitizer sudah siap sedia semuanya,” jelas Aang.
Namun ia mengatakan bahwa tidak semua murid yang menunjukkan gejala Covid-19 segera dipulangkan.
“Saya lihat situasi suhu panas badannya, [apakah] panasnya melampaui 36,5 derajat atau 37 atau 38, baru kita imbau untuk istirahat. Kalau cuma batuk tapi tidak separah itu kita konsultasi ke orang tuanya saja, sudah ke dokter atau belum,” kata Aang.
Larangan penyebaran hoaks
Plt Kepala Biro Kerjasama dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ade Erlangga Masdiana, mengatakan bahwa salah satu protokol pencegahan penyebaran virus corona di institusi pendidikan adalah dengan melarang penyebaran disinformasi mengenai virus tersebut.
“Satuan pendidikan dan pendidikan tinggi tidak menyebarluaskan hoaks atau berita-berita yang tidak benar,” kata Ade.
Hal tersebut disetujui oleh Aang.
“Kalau ada yang menyebarkan hoaks kami langsung panggil. Kalau dia memberitahu berita saya tanya dulu, itu beritanya dari mana, jadi saya belum bisa langsung mengecap itu sebagai hoaks. Saya harus tahu sumbernya, kalau tidak jelas jangan disebarluaskan, kita larang,” kata Aang. (DJP)
Discussion about this post