Daily News|Jakarta – Pegiat Dakwah dan Sosial Tarmidzi Yusuf mengulas pidato kenegaraan Presiden dalam narasi hiperbolik ingin menyenangkan rakyat namun realitas berkata lain. Ini ditulisnya dalam artikel yang viral di media sosial, berjudul “Lompatan Besar dn Isu Merasa Paling Agamis dan Pancasilais”.
“Jokowi dalam pidato kenegaraan hari ini di gedung MPR/DPR mengatakan pandemi covid-19 menjadi momentum lompatan besar,” tulisnya di awal.
“Mau ketawa, ya. Dahi ngeryit juga ya. Dulu istilah ekonomi meroket ternyata nyungsep minus 5,32% diterpa badai covid-19. Hari ini istilah lompatan besar dilontarkan Jokowi. Entah memberi semangat diri agar cepat action melakukan lompatan besar. Entah pula menghibur diri agar tidak melompat ke jurang lebih dalam,” catatnya.
Rakyat mah nyaho (tahu) beres. Harga-harga murah. Daya beli naik. Ekonomi berputar. Tidak tahu mau meroket atau melompat bukan urusan rakyat. Itu urusan Presiden dan DPR yang telah berjanji di masa kampanye.
Lompatan itu dua. Lompatan dari bawah ke atas atau sebaliknya. Atas ke bawah. Bisa juga bawah ke lebih bawah lagi. Melompat ke bawah jurang.
Jokowi juga mengatakan, “Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri,” kata Jokowi saat Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jumat (14/8/2020).
“Merasa paling agamis?. Penulis meyakini umat Islam melaksanakan ajaran Islam bukan merasa paling agamis tapi melaksanakan ajaran Islam,” Tarmidzi beropini.
Jika ada perbedaan antara Pemerintahan Jokowi dengan umat Islam bukan karena merasa paling agamis tapi dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, katanya.
“Pancasilais? Tentu saja sejarah membuktikan. Yang teriak-teriak paling Pancasila ternyata melakukan pemberontakan tahun 1948 dan 1965. Siapa? PKI bukan umat Islam.”
Demikian pula yang mau ganti Pancasila 18 Agustus 1945 menjadi Pancasila 1 Juni 1945 melalui RUU HIP yang ganti cassing menjadi RUU BPIP.
Tentu kita berharap lompatan besar bukan untuk ‘menggebuk’ orang taat beragama dan pembela Pancasila 18 Agustus 2020, tutupnya. (DJP)
Discussion about this post