Daily News|Jakarta – Netizen bernama Nadya Valose menganalisis mengapa kini Anies diserang dari penjuru pembencinya dengan isu berkaitan dengan banjir.
Tahukah Anda mengapa setiap banjir di ibukota Jakarta terjadi, dalam hitungan detik ribuan bullying dan caci maki terhadap Gubernur Anies Baswedan bermunculan di media sosial?, tanya Valose, mengawali artikelnya.
Mari kita buka-bukaan apa sebenarnya dibalik ribuan bullying dan caci maki tersebut.
Pertama, adalah untuk menutup, menghalau dan menangkal perhatian publik terhadap tanggung jawab Pemerintah. Menurutnya, banjir tidak teratasi karena minimnya peran pemerintah pusat, meskipun telah dijanjikan Jokowi dalam kampanyenya.
“Sebuah kemustahilan membuat publik lupa akan pernyataan Jokowi ketika menjadi gubernur DKI bahwa persoalan banjir Jakarta akan dapat diselesaikan jika dirinya jadi Presiden.”
Satu-satunya yang bisa mereka, para pendukung buta itu, lakukan hanyalah menutup peluang sekecil apapun kritik publik terhadap Jokowi. Tak boleh ada ruang dan waktu bagi publik teralih perhatiannya dengan janji Jokowi bahwa: “Banjir ibukota terselesaikan jika ia menjadi presiden.”
Sebab jika publik sampai teralihkan atau teringatkan akan perihal tersebut, maka otomatis persoalan banjir Ibukota Negara sepenuhnya menunjukan kegagalan Jokowi memenuhi janji dan tanggung jawabnya, katanya.
Karenanya sebelum pernyataan Jokowi dibahas, ada pengerahan ratusan ribu caci maki terhadap Anies Baswedan harus terlontar di seluruh lini media, di Facebook, Twitter, IG, WAG, LINE, IMO, YOUTUBE, YAHOO, TIKTOK, TELEVISI, RADIO, KORAN, TABLOID tak terkecuali lembaga-lembaga survei dan seluruh pengamat serta ahli dikerahkan sebagai nara sumber untuk membentuk opini bahwa banjir ibukota tanggung jawab Anies Baswedan.
Seperti layaknya iklan, statement di cover-cover berita televisi yang bergenre atau tagline “Tanggung jawab Gubernur, Bos!” diulang-ulang setiap lima menit sekali, begitu tulis Valose.
Media bayaran, terutama oleh media mainstream, memang bermain dalam aksi penyerangan bertubi-tubi terhadap Anies. Media-media ini juga tidak memuat secara proporsional bantahan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Opini yang bermain.
Kedua, serangan ini bertujuan untuk penggulingan Anies Baswedan. Ada upaya yang dirancang secara sistematis untuk menggulingkan posisi Gubernur DKI.
“Benarkah demikian?” tanya Valose.
Mari kita cermati bersama apakah persoalan banjir ini akan digiring ke ranah politik. Lihat saja gelagat yang bergeliat di ruang Dewan Perwakilan Rakyat DKI, adakah wacana dibentuknya pansus?, katanya.
Jika gelagat itu ada, maka publik Jakarta wajib mewaspadai adanya upaya penggulingan paksa posisi Gubernur dari Anies Baswedan, simpulnya.
Masyarakat Jakarta yang dewasa dalam politik pasti tahu, bahwa sejak jaman dulu tidak ada satu Gubernur di DKI yang bisa menanggulangi bencana banjir, lalu mengapa baru di jaman Anies Baswedan dibentuk pansus ? Lucu!
Ketiga, ini buah dari dendam geng Pilgub DKI. Sulitnya move on dari kejatuhan sekaligus masuk bui idola kesayangan para buzzer pesaing Anies, maka mereka menciptakan dendam membara yang tiada tara dan tak terpadamkan.
Anies Baswedan dianggap sebagai figur yang menjadi penyebab tersungkurnya sang idola. Maka banjir menjadi momentum yang paling tepat untuk menyerang habis-habisan Anies Baswedan. Mata dibayar mata, darah dibayar darah, Kursi Gubernur harus dibayar dengan Kursi Gubernur, begitulah kira-kita pameo para buzzer itu.
Keempat, ini adalah upaya untuk menjegal Anies melenggang menuju Istana.
Semakin menguat dan populernya nama Anies Baswedan di kancah Nasional dan Internasional akan membuka jalan bagi Anies Baswedan sebagai calon kuat kandidat Presiden RI pada pilpres 2024.
Apalagi dukungan Partai Nasdem di dalam negeri dan negara-negara Islam di luar negeri akan semakin melicinkan jalan Anies menuju RI-1, jika tak dijegal melalui usaha men-down grade citra dan popularitas Anies, maka nasib pemangku kekuasaan hari ini dan para koruptor uang rakyat akan terancam.
“Bagi kalangan Liberal, Sekuler, Atheis dan komunis, fenomena menguatnya probabilitas Anies sebagai Presiden tak boleh terjadi,” katanya.
“Anies adalah simbol pemersatu kaum religius dan agamis. Anies juga simbol persatuan umat beragama. Ada Anies, matilah Komunis!”
Bagaimana menangkalnya?, tanya Valose.
Menurutnya serangan ini tak perlu dibalas dengan cara yang sama. Cukup posting berulang kali janji Jokowi bahwa banjir di ibukota terselesaikan jika ia jadi presiden.
“Tagih terus menerus janji tersebut, gaungkan semangat untuk ingatkan publik bahwa janji itu tak pernah dipenuhi dan Presiden harus bertanggung jawab terhadap banjir di Ibu Kota,” tutupnya. (DJP)
Discussion about this post