Daily News|Jakarta –Pernyataan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Donny Gahral Adian bahwa buzzer fitrah demokrasi menjadi isyarat Istana tidak membubarkan buzzer pendukung Jokowi dianggap kontroversial.
Pengamat politik Muslim Arbi dalam pernyataan, Sabtu (6/6/2020) menyatakan: “Selama buzzer Jokowi tak dibubarkan, medsos akan terus ramai dan terbelah dua antara pendukung Jokowi dan oposisi,” ungkapnya.
Menurut Muslim Arbi, oposisi di media sosial itu organik dan tidak bayaran seperti buzzer Jokowi. “Oposisi medsos sebagai respon atas buzzer Jokowi yang menyerang tokoh-tokoh oposisi seperti Habib Rizieq, Ustadz Tengku Zulkarnain, Fadli Zon, Ustadz Haikal Hasan,” jelasnya.
Menurut Muslim, buzzer Jokowi sudah terkenal dengan kebal hukum walaupun melakukan ujaran kebencian. “Permadi Arya atau Abu Janda sampai sekarang belum diperiksa polisi, ada Dewi Tanjung politikus PDIP juga buzzer Jokowi juga tidak diperiksa polisi kasus penyebaran hoaks terhadap Novel Baswedan,” papar Muslim.
Muslim berpendapat, Jokowi membutuhkan buzzer untuk meningkatkan pencitraan dan menghadapi lawan politiknya di media sosial.
“Buzzer dipelihara agar citra Jokowi selalu bagus,” pungkas Muslim. (DJP)
Discussion about this post