Daily News|Jakarta – Nur Hidayat, seorang pengamat kebijakan publik mengutarakan pendapatnya dalam forum ILC berjudul Corona: Pro dan Kontra Lockdown bahwa isu ‘karantina’ atau lockdown sudah diatur dalam aturan UU 6/2018. Karena itu yang urgen dijawab adalah kapan lockdown dilakukan.
Menurutnya, semakin lambat lockdown diputuskan akan semakin banyak konsekuensi negatifnya.
“Kepanikan yang sedang terjadi mencerminkan situasi bahwa kita sedang berpindah dari situasi “Unknow Unknows” kepada situasi “Known the Unknown”, mulai mengenali hal-hal yang tidak difahami sebelumnya.”
Ini berarti kita tahu terhadap sesuatu yang kita yakini dan kita faham ada sesuatu yang kita belum mengetahui. Artinya kita belum mampu memprediksinya, dan ini memerlukan observasi mendalam agar menjadi jelas, katanya.
“Jadi, kepanikan akan virus Corona di Indonesia menunjukan bahwa kita sedang berpindah dari “unknown unknowns” ke “known the unknown”. Kita perpindah dari sesuatu yang sangat gelap menjadi ‘sesuatu yang mulai jelas’ wujudnya.”
Perpindahan tersebut karena kita sudah memiliki alat untuk melakukan test kits CV19, lebih baik dibandingkan dengan pemahaman kita minggu lalu.
“Jumlah pasien postif CV19 di Indonesia menjadi 172 orang dengan kematian 7 orang (4.0%) dan 8 orang pulih (data per Selasa 17/03). Bandingkan 1 minggu lalu (10/3), pasien positif CV19 (PDP) baru 27 orang dengan kematian 1 orang. PDP (pasien dalam pengawasan) tersebut naik 396% dan kematian naik 400% dalam periode 1 minggu.”
Dengan asumsi “flatten the curve” maka minggu depan, PDP Indonesia diprediksi 530 orang dan kematian mencapai 20 orang, prediksi Ahmad Hidayat.
To “Flaten the curve” adalah asumsi pemerintah berhasil melakukan 100% lockdown dimana PDP terkendali aktivitasnya dalam perimeter tertentu dan ‘social distancing’ itu ditaati warga.
“Namun bila pemerintah abai dan warga tidak sadar maka minggu depan PDP diprediksi mencapai 1000, 2000 bahkan 3000 orang dan kematian dalam satu hari bisa mencapai 300 orang. Ini yang terjadi di Italia. Mengerikan sekali!”
Menurutnya, yang paling rentan dari CV19 adalah mereka yang berusia lanjut (55 ke atas) dan berusia balita (5 ke bawah). Kematian akibat CV19 akan didominasi oleh dua kelompok tersebut.
“Yang lebih muda dapat bertahan hidup meski akan merepotkan petugas RS karena harus menyiapkan ruang isolasi yang cukup,” katanya.
Yang menjadi isu pokok bagi kita adalah: “Apa upaya dan bagaimana langkah dilakukan menuju ‘Flatten the Curve’.
Ahmad menjelaskan, pendapat Professor Francois Balloux, Ahli Genetik dan komputasi dari University Colloge London kelahiran Lausanne, Swiss. Balloux bekerja lima tahun dalam melalukan modelling penyakit pandemik di dunia, dia mengakui bahwa ia tidak berhasil melakukan identifikasi aksi yang tepat untuk CV19, ia bingung tidak ada model yang tepat atas CV19.
“Prof Balloux menyakini bahwa CV19 adalah ancaman kemanusian yang sangat serius di dunia saat ini sejak pandemik flu spanyol 1918/1919.”
Berdasarkan data flu spanyol 1918/1919, flu tersebut memiliki dua kali ‘peak’ yang pertama di akhir spring (di awali belahan bumi utara) dan gelombang kedua di waktu winter dengan kondisi yang lebih buruk.
“Dunia memiliki dua ”Unknown” kondisi yaitu (1) Dunia tidak tahu apakah CV19 dapat bertransmisi di berbagai musim; (2) Dunia tidak tahu kapan immunitas CV19 terbentuk sehingga akhirnya CV19 mereda secara natural.”
Hasil observasi dari pasien yang pulih di China menunjukan ketahanan tubuhnya jauh berkurang dan kinerja paru-parunya lebih menurun daripada sebelumnya. Imunitas normal ternyata menurunkan kinerja tubuh di tahap berikutnya.
“ Penyebaran CV19 dan perubahan musim sangat sulit diprediksi tanpa data time-series. Perbandingan data wilayah CV19 menunjukkan bahwa musim CV19 serupa dengan musim flu biasa dan MERS tapi dibeberapa wilayah lain tidak mengenal musim seperti influenza. Orang dapat menderita flu di musim apa saja.”
“Jelas sekali, Otoritas di dunia hanya memiliki satu pilihan yaitu lakukan flatten the curve CV19 secara efektif untuk menghindari kejatuhan ekonomi. Indonesia jangan ragu lagi untuk menyelamatkan tumpah-darah Indonesia dengan mengambil tindakan tegas seperti lockdown!”
“Lockdown adalah kewenangan pemerintah Pusat. Mari kita dorong pemerintah pusat bertindak cepat, jangan ragu mengambil sikap yang diperlukan,” tegasnya. (DJP)
Discussion about this post