Daily News Indonesia | Jakarta – Kedua kamar Kongres Bolivia dengan suara bulat menyetujui RUU yang membatalkan hasil pemilihan presiden negara itu bulan lalu dan memungkinkan pemilihan baru diadakan, tanpa mantan presiden Evo Morales.
Langkah itu menyetujui pelarangan kandidat untuk mencalonkan diri jika mereka telah melayani dalam dua periode terakhir, dengan politisi juga setuju untuk menunjuk dewan pemilihan baru.
Presiden sementara Jeanine Anez, lawan Morales, diperkirakan akan menandatangani RUU itu menjadi undang-undang pada pukul 14:00 GMT, Minggu.
“Saya ingin berterima kasih kepada anggota parlemen kami karena telah memahami
dan mendengarkan tuntutan rakyat Bolivia,” tulis Anez di Twitter, Sabtu.
“ Besok jam 10:00 pagi saya akan mengumumkan “Hukum rezim yang luar biasa dan sementara untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum” yang disetujui oleh Majelis Legislatif.”
Ini adalah perkembangan terakhir dalam krisis politik selama berminggu-minggu di Bolivia setelah pemilihan 20 Oktober yang telah menewaskan lebih dari 30 orang di tengah tuduhan oposisi kecurangan pemilu.
Di tengah kerusuhan, Morales mengundurkan diri pada 10 November setelah audit Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) mengutip ketidakberesan dalam penghitungan dan militer meminta dia untuk berhenti membantu memulihkan ketenangan.
Morales, presiden pribumi pertama Bolivia yang telah berkuasa selama 13 tahun, melarikan diri ke Meksiko dengan mengklaim bahwa ia adalah korban kudeta.
Tetapi politisi dalam partai Gerakan untuk Sosialisme (MAS) mengatakan mereka akan menemukan kandidat baru untuk mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan berikutnya.
“Kami telah menandatangani perjanjian tentang semua tuntutan yang mereka [MAS] buat, dan kami menyetujui tuntutan itu,” Jerjes Justiniano, salah satu menteri Anez yang baru diangkat. (HMP)
Discussion about this post