Daily News|Jakarta –China mengkritik komentar Paus Fransiskus mengenai muslim etnis minoritas Uighur dalam buku terbarunya, “Let Us Dream: The Path to A Better Future” yang diterbitkan pada Senin (23/11).
Dalam bukunya, Paus Fransiskus menyebut jika muslim Uighur masuk dalam daftar orang-orang yang teraniaya di dunia. Untuk pertama kalinya Paus secara terbuka mengemukakan pendapat atas dugaan tindak pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, China.
Juru bicara kementererian luar negeri China, Zhao Lijian mengatakan jika pernyataan Paus ‘tidak memiliki dasar faktual’.
“Orang-orang dari semua kelompok etnis menikmati hak penuh untuk bertahan hidup, berkembang, dan kebebasan berkeyakinan,” kata Zhao dalam konferensi pers harian seperti mengutip Associated Press.
Zhao tidak secara gamblang menyebutkan kamp untuk lebih dari 1 juta etnis Uighur dan anggota kelompok minoritas muslim China lainnya yang hidup di dalam kamp konsentrasi.
“Ada 56 kelompok etnis di China, dan kelompok etnis Uighur adalah anggota yang setara dengan keluarga besar bangsa China. Pemerintah China selalu memperlakukan (semua) kelompok minoritas secara setara dan melindungi hak dan kepentingan mereka yang sah,” ujarnya.
Kelompok hak asasi manusia dan pemerintah sejumlah negara sejauh ini menduga China memiliki fasilitas kamp seperti penjara untuk memisahkan umat Muslim dengan memaksa mereka menyatakan kesetiaan terhadap Partai Komunis yang berkuasa di sana.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan sebanyak dua juta orang Uighur, yang sebagian besar Muslim, dan kelompok minoritas lainnya telah dibawa ke pusat-pusat penahanan besar di Xinjiang. Para tahanan di sana digambarkan mengalami indoktrinasi, pelecehan fisik, dan sterilisasi.
Pemerintahan Xi Jinping semula membantah tudingan tersebut, namun kini menyatakan jika keberadaan kamp tersebut dimaksudkan sebagai pusat pelatihan kerja dan mencegah terorisme dan ekstremisme agama.
Paus Fransiskus untuk pertama kalinya secara terbuka mengeluarkan komentar atas tindak pelanggaran HAM yang menimpa etnis minoritas Uighur.
“Saya sering berpikir tentang orang-orang yang teraniaya: Rohingya, Uighur yang malang, Yazidi -apa yang ISIS lakukan kepada mereka benar-benar kejam- atau orang Kristen di Mesir dan Pakistan dibunuh oleh bom yang meledak saat mereka berdoa di gereja,” tulis Paus dalam bukunya.
Paus tidak merinci lebih lanjut tentang masalah yang berkaitan dengan Uighur dalam bukunya, tapi dia buka suara mengenai kelompok teraniaya lainnya seperti Rohingya secara lebih rinci.
Buku tersebut merupakan refleksi luas tentang visi Paus Fransiskus mengenai dunia pasca virus corona, ditulis bersama penulis biografi kepausan Austen Ivereigh selama musim panas 2020. (HMP)
Discussion about this post