Daily News|Jakarta – Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengatakan khawatir aksi solidaritas untuk kematian seorang warga kulit hitam di Amerika Serikat, George Floyd, akibat kekerasan polisi yang diselenggarakan di negaranya bisa memicu kasus baru virus corona (Covis-19).
Ardern mengatakan pengunjuk rasa melanggar aturan pembatasan sosial untuk mencegah virus corona. Meski begitu, dia menyambut baik aksi solidaritas tersebut.
“Saya pikir, saya berada di sisi semua orang yang berada dalam ketakutan oleh apa yang kita lihat. Tapi di saat yang sama, kita perlu menunjukkan itu dan mengekspresikan solidaritas dengan cara memastikan kita saling menjaga satu sama lain,” kata Ardern, seperti dilansir CNN, Selasa (2/6).
Ardern mengatakan bahwa sebagai bangsa, ‘di mana kita melihat rasialisme, intoleransi, kebencian, kita menyebutnya begitu’, tapi dia juga mencatat risiko infeksi virus corona masih tetap ada.
“Saya benar-benar memahami sentimen ini, tapi kita berada dalam pandemi virus corona global dan saya akan membenci wabah yang disebabkan oleh seseorang yang merasa benar-benar tergerak untuk pergi dan berbagi pandangan serta pendapat mereka kemudian jatuh sakit. Itulah tepatnya yang kami lakukan, sedang berusaha mencegah,” kata Ardern.
Juara kelas menengah kejuaraan tarung bebas (UFC) asal Selandia Baru, Israel Adesanya, ikut bergabung dengan sekelompok bintang olahraga terkenal untuk mengutuk pembunuhan George Floyd di AS pekan lalu.
Pria kelahiran Nigeria itu tinggal di Selandia Baru sejak ia berusia 10 tahun. Dia berbicara di hadapan hampir 4.000 orang dalam aksi protes damai Black Lives Matter pada Senin kemarin di pusat kota Auckland.
Adesanya berbicara tentang pengalamannya sendiri melawan rasisme dan kemarahannya pada diskriminasi rasial.
“Berapa banyak dari Anda yang masuk ke toko dan harus meletakkan tangan di belakang Anda supaya mereka tidak berpikir Anda mencuri? Berapa banyak dari Anda yang berjalan di jalan dan harus tersenyum dan mencoba membuat orang yang Anda lihat takut pada Anda, membuat mereka merasa nyaman?,” kata Adesanya.
Adesanya mengatakan hal itu terjadi di gedung tempat dia tinggal.
“Saya baru saja pindah (apartemen), saya tinggal di lantai paling atas dan saya harus naik lift. Tiga kali saya mendapat perlakuan rasis, orang berkulit putih yang ketakutan melompat ketika melihat saya dan saya tersenyum kepada mereka. Jadi sekarang saya harus tetap (berada) di samping (lift) dan membiarkan mereka berjalan begitu saja supaya mereka tidak takut. Kenapa? Karena saya (berkulit) hitam,” kata Adesanya.
Pria berusia 30 tahun itu terlihat emosional ketika ia menyerukan aksi damai atas kemarahan akibat kematian Floyd.
“Kami ingin kamu berbicara, kami ingin kamu mengatakan sesuatu karena saya muak dan lelah melihat wajah-wajah itu terbunuh karena, coba tebak? Saya melihat diri saya di dalamnya sepanjang waktu dan itu memilukan,” kata Adesanya seperti dilansir Associated Press.
Ribuan orang di AS dan di seluruh dunia turun ke jalan untuk mengungkapkan kemarahan atas kematian Floyd dan pembunuhan orang kulit hitam lainnya, terutama yang dilakukan oleh kepolisian.
Floyd diborgol oleh seorang perwira polisi kulit putih Minneapolis, polisi itu menekan satu lutut ke leher Floyd dan sesaat sebelum meninggal, Floyd mengatakan dia tidak bisa bernapas. (HMP)
Discussion about this post