Daily News|Jakarta – AS mulai menarik pasukan dari dua pangkalan di Afghanistan sebagai bagian dari perjanjian damai dengan Taliban, meski krisis politik dan kekerasan masih berlangsung.
Dilaporkan AFP, Rabu (11/3), para pasukan AS sudah mulai meninggalkan pangkalan di Lashkar Gah, Provinsi Helmand, serta pangkalan di wilayah Herat, bagian timur Afghanistan.
Juru bicara Provinsi Helmand, Omar Zwak, melaporkan ada 20-30 prajurit AS yang sudah meninggalkan Lashkar Gah sejak akhir pekan kemarin.
Keputusan tersebut sejalan dengan kesepakatan yang ditandatangani antara Washington dan Taliban di Doha Februari lalu. Demi mengakhiri konflik berkepanjangan, AS berjanji untuk menarik pasukannya secara bertahap dari wilayah Afghanistan dalam jangka waktu 14 bulan.
Dalam perjanjian itu, AS dituntut untuk mengurangi jumlah pasukannya dari sekitar 12 ribu menjadi 8.600 pada pertengahan Juli, dan menutup lima dari sekitar 20 pangkalannya di seluruh Afghanistan. Namun, perjanjian itu bergantung pada kesediaan Taliban untuk tidak menyerang pasukan asing di negara itu.
Juru bicara pasukan AS di Afghanistan Sonny Leggett, mengungkapkan pemerintah akan tetap berusaha mendukung pasukan Afghanistan dan menjalankan operasi anti terorisme, meski pasukan AS telah ditarik keluar.
Ia menyebut pasukan AS akan tetap mempertahankan “semua cara militer dan kekuasaan untuk mencapai tujuan”.
Provinsi Helmand dan Kandahar dianggap sebagai benteng bagi pasukan Taliban, di mana pasukan AS dan Inggris berperang hebat selama bertahun-tahun.
Perjanjian perdamaian AS dan Taliban yang diteken di Doha, Qatar, dilakukan setelah Taliban melakukan puluhan serangan tingkat rendah terhadap pasukan Afghanistan untuk menguji pertahanan AS dalam melindungi sekutunya. Namun, AS hanya menanggapi beberapa dari serangan ini.
Di bawah perjanjian tersebut, Taliban dituntut untuk tidak memberi ruang kepada kelompok teroris seperti ISIS dan Al-Qaeda, serta melakukan perundingan damai dengan pemerintah Afghanistan yang dijadwalkan Selasa kemarin.
Akan tetapi, pemerintah Afghanistan tengah berselisih terkait pembebasan lima ribu tahanan Taliban mulai pekan ini, sehingga negosiasi tersebut tertunda.
Pemerintah Afghanistan akan mulai membebaskan 1.500 tahanan Taliban mulai Sabtu pekan depan, jika gerilyawan tersebut mengurangi serangan. Sebanyak 3.500 lainnya akan dibebaskan setelah negosiasi dimulai.
Selain masalah keamanan, pemerintah Afghanistan tengah mengalami krisis politik akibat klaim kemenangan mantan kepala eksekutif Abdullah Abdullah dalam pemilihan presiden.
Sementara, kandidat petahana Ashraf Ghani kembali dilantik sebagai presiden Afghanistan Senin kemarin, setelah menjalani pemilihan umum yang kembali dibelit masalah kecurangan dalam penghitungan.
AS mengungkapkan pemerintah Afghanistan perlu mengedepankan persatuan sebelum menggelar pembicaraan dengan Taliban. Pemerintah perlu bersatu untuk masa depan negara itu dan memprioritaskan tujuan perdamaian.
“Kami sangat menentang tindakan apa pun untuk membentuk pemerintahan paralel, dan segala pengerahan pasukan untuk menyelesaikan perbedaan politik,” kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, Senin lalu. (HMP)
Discussion about this post