Daily News|Jakarta – Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyatakan jika negaranya jatuh maka Rusia akan menyusul selanjutnya. Hal itu dia ungkapkan menyusul serangkaian protes warga Belarus dalam sebuah wawancara dengan media Rusia.
“Jika Belarus jatuh hari ini maka Rusia (yang akan jatuh) selanjutnya,” ucap dia seperti dilaporkan Euronews, Kamis (10/9).
Ribuan warga Belarus penentang Lukashenko diketahui telah melakukan demonstrasi besar-besaran atas hasil pemilihan presiden pada Agustus lalu.
Lukhasenko diketahui menyalahkan Amerika Serikat yang dia anggap memicu demonstrasi. Dia kemudian juga memberi peringatan untuk Rusia.
Berdasarkan hasil penghitungan suara final, Lukashenko yang berkuasa sejak 1994 memenangkan 80,1 persen suara sedangkan kandidat oposisi utama Svetlana Tikhanovskaya memperoleh 10,12 persen.
Di sisi lain, Tikhanovskaya bersikeras bahwa di tempat di mana suara dihitung dengan benar, ia memenangkan dukungan mulai dari 60 persen hingga 70 persen.
Merespons hal itu, Lukashenko berkata bahwa dirinya akan terus berdiri teguh dan enggan lengser. Lukashenko menyampaikan protes warga atas kemenangan dirinya di pilpres terbaru sungguh menyakitkan.
“Semua ini sangat menyakitkan dan bahkan tragis bagi saya, tetapi itu tidak berarti saya menyerah,” kata dia.
Lukhashenko mengatakan apa yang telah dia raih saat ini adalah anugerah dari Tuhan dan wajib dia lindungi. “Karena saya melihat ini secara filosofis, suatu hari [Tuhan] akan memanggil saya ke sana,” ujarnya
“Tetapi sekarang saya harus melindungi apa yang telah dibangun dengan tangan kita, melindungi orang-orang yang telah membangunnya, dan mereka adalah mayoritas yang luar biasa,” ucapnya.
Lukashenko telah memerintah selama 26 tahun dan sering digambarkan sebagai diktator terakhir Eropa. Aparat keamanan dan intelijen Belarus dilaporkan menculik sejumlah tokoh gerakan oposisi yang menentang hasil pemilihan presiden.
Lukashenko menyatakan gelombang unjuk rasa yang terjadi di negaranya saat ini adalah upaya manipulasi oleh pihak asing. Dia menyebut ada campur tangan Amerika Serikat, Lituania, Ukraina dan Republik Ceko yang membuat negaranya bergejolak.
Selain itu, Lukashenko menuduh 60 persen demonstran merupakan pemabuk dan pecandu narkoba. (HMP)
Discussion about this post