Daily News|Jakarta –Pengadilan Korea Selatan menjatuhkan hukuman penjara kepada seorang pria karena berkali-kali melanggar peraturan karantina virus corona.
Vonis yang dijatuhkan secara tertulis pada Selasa (27/05) kepada pria yang hanya disebut dengan nama Kim (27) itu merupakan hukuman penjara pertama di Korea Selatan bagi pelanggar peraturan karantina untuk mengendalikan penyebaran virus corona.
Hakim memutuskan hukuman berat diperlukan karena Kim melakukan pelanggaran ketika situasi Covid-19 genting baik di Korea Selatan maupun di luar negeri. Jaksa penuntut sebelumnya mengajukan hukuman penjara selama satu tahun.
Menanggapi vonis putranya, ibu Kim mengatakan vonis itu terlalu berat walaupun mengakui tindakan putranya salah. Ia berencana akan mengajukan banding.
Bagaimana kasus ini terjadi?
Kasus ini bermula ketika Kim diwajibkan menjalani isolasi mandiri selama dua minggu setelah diperbolehkan pulang dari sebuah rumah sakit pada awal April, tempat terjadinya infeksi massal Covid-19.
Pada tanggal 14 April atau dua hari sebelum ia bebas dari karantina mandiri, Kim keluar dari rumahnya untuk pergi ke taman dan mengunjungi sauna. Ia berbelanja pula di sebuah toko sebelum ditangkap pada tanggal 16 April.
Polisi kemudian menempatkan Kim di penampungan sementara. Ia menjalani tes virus corona, tetapi ia kembali melanggar aturan dengan bepergian ke luar rumah tetapi aparat keamanan berhasil menangkapnya satu jam kemudian di bukit dekat penampungan sementara.
Kepada polisi, Kim mengaku terkekang dan tertekan karena dipaksa menjalani isolasi.
Peraturan Korea Selatan diperketat
Korea Selatan memperketat peraturan pengendalian penyakit menular bulan lalu dan berlaku mulai tanggal 5 April.
Berdasarkan peraturan baru ini, denda bagi pelanggar karantina mandiri dinaikkan dari tiga juta won (sekitar Rp35 juta) menjadi 10 juta won (sekitar Rp120 juta) atau hukuman penjara maksimal satu tahun.
Korea Selatan mengalami lonjakan jumlah infeksi pada bulan Februari, setelah Gereja Yesus Shincheonji di kota Daegu diidentifikasi sebagai klaster virus.
Salah satu jemaah ditemukan telah menginfeksi puluhan orang lainnya dan ribuan kasus kemudian dihubungkan dengan gereja itu.
Pemerintah bereaksi dengan melakukan pengujian besar-besaran. Untuk memudahkan pengetesan, klinik drive-through didirikan di seluruh negeri.
Dengan melakukan tes besar-besaran, maka jumlah infeksi di Korea Selatan juga meningkat dengan cepat, tetapi pihak berwenang sejak dini mampu untuk secara efektif menemukan mereka yang terinfeksi, mengisolasi, dan merawat mereka.
sudah dibuka kembali dengan tatanan baru, termasuk pengecekan suhu tubuh di sekolah.
Korea Selatan juga melacak kontak secara agresif, menemukan orang-orang yang telah berinteraksi dengan kasus yang dikonfirmasi, mengisolasi, dan melakukan pengetesan.
Ketika seseorang dinyatakan positif, pihak berwenang akan mengirimkan peringatan kepada mereka yang tinggal atau bekerja di dekatnya. (HMP)
Discussion about this post