Daily News|Jakarta – Kapal induk Amerika Serikat kembali menggelar latihan perang di Laut China Selatan. Ini merupakan kali kedua dalam bulan Juli kapal Angkatan Laut AS dikerahkan ke perairan yang disengketakan itu.
Kapal induk USS Ronald dan USS Nimitz yang mengangkut lebih dari 12.000 personel militer telah beroperasi Laut China Selatan, Jumat (17/7). Mereka turut dikawal oleh kapal penjelajah dan kapal perusak.
Armada Pasifik AS mengatakan kedua kapal induk yang menampung lebih dari 120 pesawat itu sedang melakukan latihan pertahanan udara taktis untuk kesiapsiagaan perang.
“Dua kapal induk berlatih dalam level kesiapan tinggi untuk memastikan kekuatan dalam menghadapi segala kemungkinan,” bunyi pernyataan Armada Pasifik.
AS sebelumnya mengerahkan USS Ronald dan USS Nimitz ke Laut China Selatan pada 4 Juli. Itu merupakan yang pertama sejak 2014, dan yang kedua setelah 2001.
Lt. Cmdr. Sean Brophy di atas kapal Reagan pada 8 Juli mengatakan bahwa setiap kelompok tempur melaksanakan tugas masing-masing. Foto yang diposting di situs web Angkatan Laut AS memperlihatkan kelompok tempur Reagan di Samudra Hindia dari tanggal 10 hingga 14 Juli.
China sendiri menganggap pengerahan dua kapal induk AS itu sebagai aksi pamer kekuatan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan latihan itu dilakukan sepenuhnya karena motif tersembunyi dan merusak stabilitas di wilayah itu.
“AS sengaja mengirim pasukan besar-besaran untuk melakukan latihan militer berskala besar di perairan Laut Cina Selatan untuk memamerkan kekuatannya,” kata Zhao pada briefing harian, Senin (6/7) lalu.
China mengatakan bahwa mereka tidak takut terhadap ancaman sanksi apapun yang mungkin diterapkan AS atas sengketa di Laut China Selatan. China juga menuduh AS telah menimbulkan masalah dan mengganggu kestabilan di kawasan itu.
Laut China Selatan memang menjadi wilayah rawan konflik setelah Tiongkok mengklaim hampir 90 persen perairan kaya sumber daya alam itu. Klaim tersebut tumpang tindih dengan sejumlah negara yang memiliki zona ekonomi eksklusif (ZEE) di Laut China Selatan seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei, hingga Taiwan.
China juga semakin agresif mempertegas klaim historisnya atas Laut China Selatan sejak awal tahun. Pemerintahan Presiden Xi Jinping terus mengerahkan puluhan kapal ikan dan kapal patroli ke Laut China Selatan hingga menimbulkan friksi dengan Malaysia, Vietnam, bahkan Indonesia pada awal Januari lalu.
Meski Indonesia mengaku tak memiliki sengketa wilayah dengan China di Laut China Selatan, aktivitas kapal ikan dan kapal patroli Tiongkok yang sempat menerobos ZEE Indonesia di dekat perairan Natuna kian mengkhawatirkan Jakarta.
Baru-baru ini, kapal China juga menyerang kapal ikan Vietnam di wilayah Laut China Selatan yang diperebutkan kedua negara. (HMP)
Discussion about this post