Daily News|Jakarta –Iran menyiapkan area pemakaman khusus bagi warganya yang meninggal karena terinfeksi virus corona. Area pemakaman khusus ini merupakan bagian dari pemakaman Behesht-e Masoumeh di Qom, daerah pusat penyebaran Covid-19 tertinggi di Iran.
Perluasan area pemakanan diketahui dari gambar satelit yang dirilis oleh Maxar Technologies. Gambar yang dirilis pada 1 dan 8 Maret menunjukkan ada peningkatan aktivitas di area pemakaman di Qom.
Pada 1 Maret lalu tampak dua penggalian dilakukan dan lebih banyak aktivitas serupa di hari-hari berikutnya.
Mengutip CNN, Direktur kamar mayat Behesht-e Masoumeh, Ali Ramezani mengatakan bahwa penguburan pasien yang meninggal karena virus corona tertunda karena tim medis butuh waktu untuk melakukan pengujian.
Sementara hal itu sedikit bertentangan dengan tradisi Islam yang mengharuskan pemakaman jenazah dilakukan dengan cepat. Dua pekerja medis di Qom mengatakan dalam beberapa kasus perlu tindakan lebih lanjut terhadap jenazah sehingga membuat para petugas harus mematuhi pedoman penguburan korban virus corona yang sesuai dengan ajaran Islam.
Iran menjadi negara dengan kasus virus corona terbesar di kawasan Timur Tengah dengan 23.049 dengan 1.812 kematian dan 8.376 orang sembuh. Angka ini menjadikan Iran sebagai lima besar negara dengan kasus corona tertinggi di dunia setelah China, Italia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Jerman.
Untuk menekan penyebaran virus corona, pekan lalu pemerintah Iran membuat keputusan mengejutkan yang meminta salat Jumat ditiadakan selama dua pekan di seluruh daerah. Selain itu, sekolah dan universitas ditutup, serta acara yang melibatkan banyak orang juga dibatalkan.
Iran mengonfirmasi 31 provinsi telah mencatatkan kasus virus corona. Sejumlah pejabat negara termasuk penasehat pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati dikonfirmasi positif Covid-19.
Sementara pejabat tinggi lain yakni Mohammad Mirmohammadi dan Hadi Khosroshahi dinyatakan meninggal karena virus corona. Sekitar 23 dari total 290 anggota parlemen dikonfirmasi positif Covid-19.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Abbas Mousavi sebelumnya menolak tawaran bantuan dari Presiden AS, Donald Trump. Mousavi justru menyebut tawaran Trump sebagai tindakan munafik dan menjijikan serta menuding ASe sebagai pelaku terorisme ekonomi dan medis.
“Kami tidak membutuhkan dokter Amerika. Alih-alih menunjukkan kemunafikan dan belas kasihan ‘palsu’, Anda harus mengakhiri terorisme ekonomi dan medis sehingga persediaan medis dan obat-obatan bisa dijangkau oleh staf medis dan rakyat Iran,” ujar Mousavi.
Discussion about this post