Kemana Orang Tua Kami? (1)
Daily News Indonesia | KETIKA dokumen rahasia Partai Komunis Tiongkok (PKT) bocor, mereka tidak dapat berbohong lagi ke dunia internasional. Dari berbagai cuplikan peristiwa, termasuk kisah para mahasiswa asal Uighur menjadi bukti memang program reedukasi RRT terhadap Muslim China, sama seperti program deradikalisasi yang dilakukan oleh barat, dan dicontoh oleh beberapa negara – termasuk negara berpenduduk Muslim di berbagai belahan dunia.
China rajin mengundang partai Islam dan tokoh-tokohnya –termasuk dari Indonesia—untuk meninjau Uighur yang sudah dipersiapkan dalam settingan propaganda bahwa tidak ada genosida di Xinjiang. Yang ada adalah program edukasi untuk pelatihan kerja.
Kini terbukti, yang dilakukan sebaliknya: program cuci otak dalam tema ‘deradikalisasi’ maupun pemaksaan Muslim Uighur meninggalkan aqidah dan keyakinan Islam mereka.
Reedukasi berarti mengikis kepercayaan dan keyakinan terhadap Islam dengan tujuan menjadikan mereka komunis. Ini program nasional RRT, yang selama ini disamarkan dengan nama ‘reedukasi’ di pusat-pusat pendidikan dan pelatihan. Ini penting bagi mereka untuk mempersiapkan diri memasuki lapangan pekerjaan. Yang aneh, jika benar tempat pelatihan seyogianya dengan sukarela, tidak boleh dengan pemaksaan. RRT sadar, Islam akan membendung pengaruh komunis: ya kekuasaan partai tunggal PKT, maupun para pejabat partai yang merasa diuntungkan dengan hidup nyaman dalam situasi di negeri yang tetap yakin dengan komunisme, meskipun mempraktikkan kapitalisme. Ya, kapitalisme dalam bentuk ‘state capitalism’ yang berhasil menggerus kapitalisme berlandaskan individualisme ala barat.
The New York Times (NYT) berhasil mendapatkan ‘bocoran rahasia’ apa yang sebenarnya terjadi di Xinjiang terhadap Muslim Uighur. Dalam dokumen setebal 403 halaman mengungkap dokumen rahasia yang paling signifikan dari dalam Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Dokumen yang bocor terdiri dari 24 dokumen, beberapa di antaranya berisi materi yang digandakan. Itu termasuk hampir 200 halaman pidato internal oleh Tuan Xi dan para pemimpin lainnya, dan lebih dari 150 halaman arahan dan laporan tentang pengawasan dan kontrol populasi Uighur di Xinjiang. Ada juga referensi rencana untuk memperluas pembatasan Islam ke bagian lain Cina.
Dokumen rahasia itu meliputi 96 halaman pidato internal oleh Xi, 102 halaman pidato internal oleh pejabat lain, 161 halaman arahan dan laporan tentang pengawasan dan kontrol populasi Uighur di Xinjiang, dan 44 halaman materi dari investigasi internal ke lokal pejabat. Ini memang bisa mempermalukan rejim komunis dengan perilaku barbar yang anomali. Sulit memercayai praktik-praktik kekejaman primitif ini masih terjadi di dunia. Ya, ini praktik yang berlangsung menimpa Muslim Uighur.
Pertama, NYT mengajak kita menjenguk kisah menimpa mahasiswa asal Uighur.
“Para mahasiswa sudah memesan tiket pulang pada akhir semester, berharap untuk istirahat santai setelah ujian dan musim panas reuni bahagia dengan keluarga di barat jauh Cina. Apa yang mereka temui?” tulis NYT.
Tetapi, mereka akan segera diberi tahu bahwa orang tua mereka telah pergi, kerabat mereka telah lenyap dan tetangga-tetangga hilang. Semua kini semua dikurung di jaringan perluasan kamp-kamp penahanan yang dibangun untuk menampung etnis minoritas Muslim.
Bagi Beijing dengan dukungan aparat partai komunis di Xinjiang, Islam menimbulkan kekhawatiran mendalam. Islam adalah tong mesiu yang akan menghancurkan mereka. Maka mereka bersiap.
Pimpinan membagikan arahan rahasia yang menasihati pejabat setempat untuk menyudutkan siswa yang kembali begitu mereka tiba dan membuat mereka diam. Itu termasuk panduan birokratis yang mengerikan untuk bagaimana menangani pertanyaan-pertanyaan mereka yang menyakitkan, dimulai dengan yang paling jelas: “Di mana keluarga saya?”
Naskah tanya jawab juga termasuk ancaman yang nyaris tidak disembunyikan: Siswa diancam: perilaku mereka dapat memperpendek atau memperpanjang penahanan orangtua, sahabat, kerabat dan tetangga mereka.
“Mereka memberikan pandangan ke dalam yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang penindasan yang terus-menerus di Xinjiang, di mana pihak berwenang telah menyeret sebanyak satu juta etnis Uighur, Kazakh, dan lainnya ke dalam kamp-kamp tahanan dan penjara selama tiga tahun terakhir,” tulis NYT.
Partai komunis berkilah menghadapi kritik internasional terhadap apa yang terjadi di kamp-kamp tersebut yang diklaim sebagai pusat pelatihan kerja yang menggunakan metode ringan untuk memerangi ekstremisme Islam. Tetapi dokumen-dokumen tersebut mengkonfirmasi sifat pemaksaan dari tindakan keras dalam kata-kata dan perintah dari para pejabat yang menyusun dan mengaturnya.
Bahkan ketika pemerintah menunjukkan upayanya di Xinjiang kepada publik sebagai kebajikan dan tidak terkecuali, pemerintah mendiskusikan dan mengorganisir kampanye yang kejam dan luar biasa dalam komunikasi internal ini. Para pemimpin partai senior tercatat memerintahkan tindakan drastis dan mendesak terhadap kekerasan ekstremis, termasuk penahanan massal, dan mendiskusikan konsekuensinya dengan detasemen dingin. Komunis memang bermodal perilaku munafik dan penipuan.
Anak-anak melihat orang tua mereka dibawa pergi, para siswa bertanya-tanya siapa yang akan membayar uang sekolah mereka dan hasil panen tidak dapat ditanam atau dipanen karena kurangnya tenaga kerja, catat laporan itu. Namun para pejabat diarahkan untuk memberi tahu orang-orang yang mengeluh bersyukur atas bantuan Partai Komunis dan tetap diam.
Dokumen yang bocor menawarkan gambaran yang mengejutkan tentang bagaimana mesin tersembunyi dari negara Cina melakukan kampanye interniran negara yang paling jauh jangkauannya sejak era Mao. (Berlanjut)
Penulis: Haz Pohan, Pemred DNI
Discussion about this post