Daily News|AS – Amerika Serikat dilaporkan menarik pasukannya dari wilayah pasukan Kurdi di sebelah timur laut perbatasan antara Suriah dan Turki. Hal itu membuat pasukan Kurdi kecewa karena sama saja membiarkan mereka dalam keadaan terbuka dari serangan yang sudah dipersiapkan militer Turki.
“Tidak lama lagi Turki akan menjalankan operasi militer terhadap wilayah utara Suriah yang telah direncanakan sejak lama. Turki akan bertanggung jawab terhadap semua pejuang ISIS yang ditangkap selama dua tahun terakhir setelah perebutan wilayah oleh AS,” kata seorang perwakilan Gedung Putih, seperti dilansir Associated Press, Senin (7/10).
Pejuang Kurdi yang berada di perbatasan Suriah dan Turki menuduh AS ingkar janji untuk melindungi mereka. Padahal, mereka sama-sama berjuang melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menelan korban tidak sedikit.
“Pasukan AS tidak menunaikan janji mereka dan menarik pasukan di sepanjang perbatasan Turki. Turki sedang bersiap menyerang sebelah utara dan timur Suriah. Hal itu akan berdampak buruk terhadap perjuangan kami melawan ISIS,” demikian isi pernyataan kelompok Kurdi.
AS mengambil keputusan itu muncul setelah sehari sebelumnya Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memberi peringatan bahwa tentara Turki akan meluncurkan penyerangan lintas perbatasan yang akan dilakukan sesegera mungkin.
Turki juga akan menyerang pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG) dari perbatasan, karena kelompok tersebut dianggap sebagai teroris.
Selama ini AS menggandeng pasukan Kurdi untuk memerangi ISIS di Suriah. Bahkan perjuangan mereka membuahkan hasil ketika pada Maret lalu berhasil merebut daerah kekuasaan terakhir ISIS di Baghouz, dan mengusir kelompok ekstremis itu ke arah perbatasan Irak.
Selama perang melawan ISIS, dilaporkan sekitar 11 ribu pasukan Kurdi gugur. Jika Turki menyerang wilayah mereka, dikhawatirkan bakal membuat celah untuk sel-sel tidur ISIS.
Menurut Kurdi, sisa-sisa milisi ISIS sudah berencana membebaskan 12 ribu rekan mereka yang ditahan oleh pejuang Kurdi di timur laut Suriah. Jika hal itu terjadi maka bisa membahayakan penduduk sipil setempat dan bahkan negara lainnya.
“Kami tidak akan lengah sedetik pun untuk melindungi penduduk kami,” lanjut pernyataan pasukan Kurdi.
Etnis Kurdi bermukim di kawasan sebelah tenggara Turki, timur laut Suriah dan Irak hingga utara Iran. Mereka mendapat status otonomi dari perjanjian dengan pemerintah Irak pada 1970.
Meski demikian, pemerintah Turki menolak gerakan separatis etnis Kurdi di wilayah mereka, yang dianggap merongrong keamanan. Sedangkan di Suriah, etnis Kurdi berharap mendirikan pemerintahan yang berdaulat selepas berperang melawan ISIS.
Hal itu yang tidak diinginkan Turki, karena dianggap menjadi ancaman bagi wilayah perbatasan mereka.
Meski mayoritas memeluk Islam, sejumlah etnis Kurdi lainnya juga menganut ajaran Yarsani, Yazidi, Alevis, dan Kristen. Daerah yang didiami etnis Kurdi juga kaya minyak bumi dan mineral lainnya, serta subur untuk bercocok tanam.
Discussion about this post