Daily News|Jakarta –Diplomat Iran, Assadollah Assadi, menjalani sidang perdana di Belgia setelah dituduh merencanakan pengeboman pertemuan kelompok oposisi pada 2018 lalu.
Assadi ditangkap pada Juni 2018 lalu setelah pihak berwenang Belgia menggagalkan upaya pria 48 tahun itu untuk menyelundupkan bahan peledak ke Prancis.
Bahan peledak itu disebut akan digunakan untuk menyerang rapat umum Dewan Perlawanan Nasional Iran (NCRI) yang diadakan di Villepinte, Prancis, pada 30 Juni 2018.
Kelompok People’s Mojahedin of Iran (MEK) juga ikut berpartisipasi dalam pertemuan itu.
Sejumlah tokoh internasional, termasuk mantan pejabat Amerika Serikat, Inggris, hingga pemimpin NCRI Maryam Rajavi turut hadir dalam pertemuan itu.
Di waktu yang sama, kepolisian Belgia mencegat sepasang warga Belgia dan Iran, Nassimeh Naami dan Amir Saadouni, yang membawa setengah kilo bahan peledak TATP dan detonator dari Antwerp.
Pasangan itu hendak menemui Assadi di dermaga bersama kaki tangannya yang lain, Mehrdad Arefani.
Dilansir AFP, keempat orang itu dituduh mencoba melakukan serangan teroris dan didakwa hukuman seumur hidup.
Sementara itu, Assadi ditangkap saat dia bepergian melalui Jerman di mana ia tidak memiliki kekebalan hukum lantaran berada di luar negara tempat ia ditugaskan.
Pada akhir 2018, pemerintah Prancis menuding dinas intelijen Iran berada di balik operasi gagal itu. Juru bicara pemerintah Iran menentang keras tudingan tersebut yang menganggap ada pihak yang ingin menjebak Teheran. Mantan Dubes Prancis untuk Teheran, Francois Nicoullaud, mengatakan Presiden Hassan Rouhani juga terkejut soal plot teror tersebut.
“Saat mengunjungi Eropa tak lama setelah penangkapan, dia (Rouhani) sangat marah mengetahui tentang operasi dinas intelijen yang belum pernah dikonsultasikan dengan dirinya,” kata Nicoullaud kepada AFP
Rencana serangan itu terungkap ketika Rouhani tengah berusaha mencari dukungan negara Eropa untuk mempertahankan kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan AS. (HMP)
Discussion about this post