Daily News|Jakarta – Masjid Imamzadeh-Masum di Iran telah berubah menjadi lokasi pembuatan masker yang produksinya dikerjakan oleh relawan wanita pembawa pengunjung ke lokasi perang Irak dan Iran pada 1980-1988. Ini merupakan salah satu cara warga Iran memerangi wabah virus corona (Covid-19).
Sekitar 15 wanita duduk di hadapan mesin jahit siap membuat masker. Tidak seperti lainnya, para wanita itu mengenakan cadar hitam, karena mereka adalah anggota Basij, relawan milisi yang setia pada pendirian Islam di Iran.
Masing-masing orang punya tugas masing-masing. Saat penjahit selesai menjahit, beberapa orang bertugas memotong dan memilah masker, kemudian meletakkannya di ember. Sedangkan Wanita lain melipat dan mengatur lembaran masker.
Sementara itu, para laki-laki membuat sarung tangan plastik di ruangan lainnya. Aktivitas di masjid ini disaksikan langsung oleh para media yang diizinkan mengunjunginya.
Masker yang sudah dibuat didistribusikan ke rumah sakit dan daerah yang membutuhkannya di Teheran dan kota lainnya.
“Kelompok kami biasanya pergi ke lokasi perang Iran-Irak setiap tahun untuk melayani pengunjung,” kata Fatemeh Saidi, wanita 27 tahun yang bergabung dengan Basij bersama suaminya, kepada AFP.
Kelompok mereka yang terdiri dari sekitar 40 orang rutin berkunjung ke lokasi perang yang banyak didatangi orang saat libur tahun baru Persia. Melihat lokasi ini dianggap sebagai bagian edukasi sejarah.
“Tahun ini, karena penyebaran virus corona, perjalanan antarkota dilarang dan kami tak bisa pergi ke sana. Jadi kami datang ke sini untuk melayani warga. Kami sudah mengerjakan ini selama lebih dari sebulan,” kata Saidi.
Catatan penyebaran Covid-19 di Iran saat ini yaitu lebih dari 60 ribu orang terinfeksi, 3.739 telah meninggal dunia, dan 24.236 sembuh. Korban meninggal di Iran merupakan tertinggi keenam di dunia.
“Situasi kita dua kali lebih sulit karena kita menghadapi sanksi dan virus corona,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani pada Senin (6/4) merujuk hukuman Amerika Serikat sejak Iran menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018. (HMP)
Discussion about this post