Daily News|Jakarta –Di masa normal, Black Friday, sehari setelah hari Thanksgiving, adalah hari belanja tersibuk dalam setahun. Ajang belanja ini biasanya menarik jutaan pembeli yang ingin memulai belanja liburan mereka. Tetapi ini bukan waktu yang normal: Perekonomian sedang naik turun dan kerumunan orang diperkirakan akan berkurang secara dramatis karena pandemi corona.
Banyak toko sekarang berusaha menggunakan peluang ajang belanja Black Friday, dengan menutup tokonya pada Thanksgiving untuk kemudian membuka kembali secara khusus pada hari Jumat dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Hal itu dilakukan untuk meyakinkan pelanggan bahwa mereka aman berbelanja.
“Black Friday masih ada,” kata Neil Saunders, direktur pelaksana GlobalData Retail. “Tidak ada pengecer yang menginginkannya terganggu. Karena itu tetap penting untuk membuat konsumen berbelanja dan menyukai suasana liburan.”
Black Friday hari belanja tersibuk
Sehari setelah Thanksgiving tetap menjadi hari tersibuk dalam setahun, demikian menurut ShopperTrak, dan diperkirakan tahun ini juga tetap begitu.
Para pedagang juga berhasil meyakinkan pembeli untuk berbelanja lebih awal, dengan mendorong diskon besar-besaran pada pertengahan Oktober.
National Retail Federation, grup perdagangan ritel terbesar di Amerika Serikat, menyatakan optimis dan memperkirakan bahwa pembeli akan tetap berbelanja di masa liburan. Untuk periode November dan Desember, angka penjualan diharapkan akan meningkat antara 3,6% dan 5,2%. Penjualan di musim liburan rata-rata naik 3,5% selama lima tahun terakhir.
Bisnis online bahkan dapat merealisasikan keuntungan yang lebih besar lagi. Black Friday diperkirakan menghasilkan omset USD 10 miliar tahun ini, naik 39% dari periode tahun lalu, menurut Adobe Analytics, yang mendata penjualan terhadap 80 dari 100 pengecer online di AS. (HMP)
Discussion about this post