Jakarta | DNI – Abdullah Mahmud Hendropriyono dikenal sebagai jenderal intelijen. Bahkan jenderal purnawirawan bintang empat ini adalah guru besar pertama bidang intelijen di Indonesia. Tidak heran memang, pensiunan jenderal baret merah ini banyak malang melintang di dunia intelijen.
Jabatan tertinggi di dunia intelijen pun pernah dipegangnya yakni sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Hendropriyono sendiri adalah mantan perwira jebolan Kopassus. Karir militernya memang dimulai dari korps baret merah, kesatuan elit di TNI AD.
Ada kisah menarik tentang Hendropriyono yang sepertinya jarang diketahui orang. Hendropriyono ternyata nyaris jadi Panglima TNI. Tapi kemudian jabatan posisi tertinggi di TNI itu urung diberikan ke Hendropriyono. Adalah Sintong Panjaitan, senior Hendropriyono di Kopassus yang mengungkap kisah dibalik batalnya Hendropriyono jadi Panglima TNI. Kisah batalnya Hendropriyono jadi Panglima TNI diceritakan Sintong Panjaitan dalam buku,” Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando,” yang ditulis Hendro Subroto.
Menurut Sintong pada awal Habibie menyusun kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan, posisi Panglima TNI, awalnya akan diisi oleh Hendropriyono. Bahkan BJ Habibie sebagai Presiden sudah menyetujui jika Hendropriyono yang bakal jadi Panglima TNI. Tahu itu, Sintong langsung menelpon yuniornya dan mengucapkan selamat. “Ndro, selamat..selamat”
“Lho ada apa Bang?” Jawab Hendro heran.
Sintong sendiri menjawab bahwa yuniornya itu sebentar lagi bakal mendapat tugas penting. Hanya saja Sintong tak memberi tahu, apa tugas penting tersebut. Rupanya malam itu juga Ginanjar Kartasasmita, Menko Ekuin juga menelpon Hendro, memberi ucapan selamat seraya memberitahu bahwa Presiden BJ Habibie telah memutuskan bahwa Hendropriyono akan jadi Menhankam/Pangab menggantikan Wiranto. Tak hanya Ginanjar, Akbar Tanjung juga menelpon Hendropriyono menyampaikan hal serupa.
Bahkan Sekretaris Militer Presiden, Mayjen Jasril Jacob juga memberitahu Hendropriyono bahwa surat pengangkatan Hendro sebagai Panglima TNI telah diteken Habibie. Karena banyak menerima telepon seperti itu, Hendropriyono kembali menelpon Sintong. “Bang, terima kasih. Saya diangkat menjadi Menhankam/Pangab,” kata Hendropriyono.
” Siapa bilang?” Jawab Sintong.
Mendengar jawaban itu Hendropriyono jadi ragu-ragu. ” Benar enggak Bang?” Tanya Hendro pada Sintong.
“Itu nggak tahulah aku. Bagaimana saja nanti,” jawab Sintong.
Dan pada hari Minggu, Habibie memanggil Hendropriyono ke Istana Negara untuk memberitahu bahwa Hendro batal diangkat jadi Panglima TNI. Presiden Habibie juga memberitahu Hendropriyono, bahwa dirinya telah memutuskan untuk mengangkat kembali Wiranto sebagai Menhankam/Pangab. Batallah Hendro jadi Panglima TNI.
Tapi Habibie juga menginformasikan ke Hendropriyono jika Wiranto hanya akan menjabat sebagai Menhankam/Pangab hanya tiga bulan saja, untuk selanjutnya jabatan itu akan diberikan ke Hendropriyono. Namun setelah tiga bulan berlalu, jabatan itu tak juga diberikan kepada Hendropriyono. Ia tak jadi diangkat menjadi Panglima. Sintong sendiri menghibur yunior dan bekas anak buahnya itu. ” Ndro, kalau orang itu cemerlang, dimana pun ia berada, ia akan tetap cemerlang.”
(Supriyatna/Daily News Indonesia)
Discussion about this post