Daily News|Jakarta – Mantan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab mempertanyakan alasan pemerintah Indonesia tak pernah memberikan bantuan hukum pada dirinya yang berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) dan saat itu terjebak di Arab Saudi, tidak bisa pulang ke Indonesia. Hal tersebut diutarakan Habib Rizieq saat diperiksa sebagai terdakwa dalam sidang lanjutan kasus kerumunan Megamendung di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (10/5).
“1 tahun saya tinggal, 2,5 tahun dicekal. Ada Warga Negara Indonesia dicekal Saudi tanpa sebab yang jelas. Seharusnya pemerintah Indonesia memberikan bantuan hukum, ini bukan bantuan hukum,” kata Habib Rizieq.
Habib Rizieq mengaku justru dibuat heran dengan sikap beberapa pejabat pemerintah Indonesia ketika mengetahui dirinya berencana kembali ke Tanah Air.
Dia menyinggung, misalnya, sikap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menko Polhukam Mahfud MD hingga Dubes Indonesia untuk Saudi Agus Maftuh Abegebriel yang menyampaikan pernyataan yang ia anggap tak proporsional.
“Mereka intinya katakan ‘nggak mungkin Rizieq pulang, tak mungkin karena cekal nggak bisa dicabut’. Sampai Dubes Saudi juga mengatakan serupa. Saya merasa aneh,” kata Habib.
Habib Rizieq menilai tidak sepatutnya pemerintah memberikan pernyataan semacam itu ke media. Terlebih, dia masih menyandang status sebagai warga negara Indonesia yang sah.
“Begitu si Warga Negara dapat kesempatan pulang, ini justru pemerintah yang koar-koar, Itulah yang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat,” tambah Habib Rizieq.
Selain itu, Habib Rizieq bercerita bahwa namanya sempat dua kali hilang dari manifes calon penumpang pesawat sebelum pulang ke Indonesia dari Saudi pada 9 November 2020 lalu. Ia menduga hilangnya namanya dari manifes tersebut karena ulah buzzer dan hacker dari Indonesia.
“Kendala datang lagi, 3 hari sebelum saya pulang. Ada hacker-hacker dan buzzer dari Indonesia entah dikendalikan siapa, mereka masuk ke sistem database Saudi Arabia Airlines,” kata Rizieq.
Dia lantas menanyakan ke pihak maskapai Arab Saudi terkait namanya yang raib dari manifes penumpang. Apalagi, ia sudah melunasi tiket tersebut.
“Baru pertama kali terjadi ada penumpang di-hack namanya hilang dari komputer. Nah setelah itu nama saya dikembalikan di komputer, artinya ini kendala. Ada pihak tertentu, saya tidak tahu itu siapa ingin membatalkan saya pulang,” ucap Habib Rizieq.
Setelah semua selesai diurus, Habib Rizieq pun bercerita namanya kembali hilang sehari sebelum jadwal kepulangannya. Alhasil, dia meminta bantuan dari badan intelijen Arab Saudi untuk membantu.
“Karena memang mereka yang mengizinkan saya pulang dan pencabutan cekal, supaya pihak penerbangan Saudia ini diberikan semacam satu apa namanya disposisi agar keberangkatan saya ini jangan sampai batal,” kata dia.
Diketahui, Habib Rizieq sempat berada di Arab Saudi selama 3,5 tahun lamanya. Ia baru pulang ke Indonesia pada 10 November 2020 lalu. Kepulangannya ke Indonesia berbuntut rangkaian kegiatan yang kemudian menciptakan kerumunan demi kerumunan.
Kedatangan Habib Rizieq yang diklaim memicu kerumunan orang di tengah pandemi Covid-19 itu kemudian menyeretnya ke proses hukum. Salah satu yang kini berjalan adalah kasus kerumunan di Megamendung. (HMP)
Discussion about this post