Daily News|Jakarta –Bank Dunia merilis laporan International Debt Statistics (IDS) 2021 atau Statistik Utang Internasional negara-negara berpenghasilan rendah-menengah. Dalam laporan itu, Indonesia merupakan negara dengan utang luar negeri terbesar di antara 7 negara Asia Tenggara lainnya yang berpenghasilan rendah-menengah.
Berdasarkan data IDS 2021, laporan tersebut mencakup data utang negara-negara berpendapatan rendah-menengah hingga tahun 2019. Utang luar negeri Indonesia menempati posisi nomor 1 terbesar di antara Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam.
IDS 2021 adalah laporan atas utang luar negeri dari negara-negara berpenghasilan rendah-menengah. Sehingga, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura yang tak termasuk dalam kategori penghasilan tersebut, tak dilampirkan dalam laporan IDS 2021.
Berikut peringkat utang luar negeri negara-negara Asia Tenggara yang berpenghasilan rendah-menengah:1. Indonesia US$ 402,08 miliar atau sekitar Rp 5.940 triliun; 2. Thailand US$ 180,23 miliar atau sekitar Rp 2.662 triliun; 3. Vietnam US$ 118.49 miliar atau sekitar Rp 1.750 triliun; 4. Filipina US$ 83,66 miliar atau sekitar Rp 1.236 triliun; 5. Laos US$ 16,68 miliar atau sekitar Rp 246 triliun; 6. Kamboja US$ 15,32 miliar atau sekitar Rp 226 triliun; 7. Myanmar US$ 11,11 miliar atau sekitar Rp 164 triliun; 8. Timor-Leste US$ 203,4 juta atau sekitar Rp 3 triliun.
Secara keseluruhan, utang luar negeri ke-8 negara Asia Tenggara tersebut mencapai US$ 827,79 miliar atau sekitar Rp 12.230 triliun. Angka ini meningkat 6,4% dari posisi utang luar negeri ke-8 negara tersebut pada tahun 2018 yakni sebesar US$ 777,68 miliar atau sekitar Rp 11.490 triliun.
Profil Utang Luar Negeri RI
Dalam catatan Bank Dunia, posisi utang luar negeri Indonesia pada tahun 2019 mencapai US$ 402,08 miliar atau sekitar Rp 5.940 triliun. Angka tersebut naik 5,9% dari posisi utang luar negeri di tahun 2018 yakni US$ 379,58 miliar atau sekitar Rp 5.608 triliun.
Namun, apabila dibandingkan posisi utang luar negeri Indonesia tahun 2019 dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya yakni 2009 ada peningkatan hingga 124%. Adapun posisi utang luar negeri Indonesia pada tahun 2009 sebesar US$ 179,40 miliar atau sekitar Rp 2.605 triliun (dengan kurs saat ini).
Bank Dunia mencatat, rasio utang luar negeri Indonesia tahun 2019 terhadap ekspor ialah 194%. Sementara, rasio utang terhadap gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar 37%.
Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap pendapatan nasional bruto dari tahun ke tahun memang berada di sekitaran level tersebut, yakni 2009 34%, 2015 37%, 2016 35%, 2017 36%, dan 2018 37%.
Dari total itu, utang luar negeri Indonesia tahun 2019 lebih didominasi oleh utang jangka panjang yakni mencapai US$ 354,54 miliar atau sekitar Rp 5.238 triliun. Sementara, utang luar negeri jangka pendek hanya sebesar US$ 44,79 miliar atau sekitar Rp 661 triliun.
Dilihat dari kategori krediturnya, utang luar negeri 2019 terbesar berasal dari sektor swasta yakni sebesar US$ 181,25 miliar atau sekitar Rp 2.678 triliun, sementara dari penerbitan surat utang sebesar US$ 173,22 miliar atau sekitar Rp 2.559 triliun.
RI Masuk Daftar 10 Negara dengan Utang Terbesar di Dunia
Selain menduduki peringkat nomor 1 dengan utang luar negeri terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga masuk dalam daftar 10 negara berpenghasilan rendah-menengah dengan utang ‘asing’ terbesar di dunia.
Indonesia menempati posisi ke-7 dari daftar 10 negara berpendapatan kecil-menengah dengan utang luar negeri terbesar di dunia. Posisi pertama di tempati China, lalu ke-2 Brasil, dan ke-3 India, ke-4 Rusia, posisi ke-5 adalah Meksiko, ke-6 Turki, ke-8 Argentina, ke-9 Afrika Selatan, dan terakhir Thailand. Posisi utang luar negeri yang dicatat Bank Dunia dalam IDS 2021 itu ialah sampai tahun 2019.
Berikut daftarnya:1. China US$ 2,1 triliun; 2. Brasil US$ 569,39 miliar; 3. India US$ 560,03 miliar; 4. Rusia US$ 490,72 milar; 5. Meksiko US$ 469,72 miliar; 6. Turki US$ 440,78 miliar; 7. Indonesia US$ 402,08 miliar; 8. Argentina US$ 279,30 miliar; 9. Afrika Selatan US$ 188,10 miliar; dan 10. Thailand US$ 180,23 miliar. (DJP)
Discussion about this post